---sevdigim birinden bir hatıra
|
Personal doc |
Waktu di mana saat itu aku
masih anak kuliah semester 3. Aku ingat benar bagaimana pertemuan demi
pertemuan aku ciptakan untuk bisa dekat atau sekedar mencari alasan agar aku bisa
bersamanya; seseorang yang tidak sengaja hadir dalam hidupku dan begitu aku jaga
sampai sekarang; seseorang yang aku sendiri tidak menyadarinya sejak awal bahwa
dia begitu berharga. Bahwa dialah orang yang ingin aku pertahankan, bahwa
dialah orang yang begitu kuat aku menjaganya dan menunggunya sampai sekarang.
Orang yang sudah aku beri komitmen dan kepercayaan untuk kelak menjadi satu-satunya
yang akan memberikan separuh hidupnya untuk kebahagiaanku.
Aku baru menyadarinya,Tuhan
menghadirkan beberapa orang yang salah, tidak penting, mungkin menyisakan
kenangan pahit. Namun aku percaya orang-orang tersebut telah mengantarkanku
bertemu dengan seseorang yang baik dan benar untukku. Dialah Byanku, orang yang
kini hadir dalam setiap perjalanan hidupku. ini adalah kisah tentang dia, tentang
Byan yang kini dan selamanya selalu menjadi lelakiku. Byan adalah orang yang
tidak sengaja aku kenal dari orang yang salah. Saat itu Byan seperti tempat
yang disediakan Tuhan untuk hati yang lara, seperti debur ombak yang menyapu
pasir pantai, seperti itu pula kehadirannya mampu menghapus duka. Ada semacam
magnet yang membuatku terus mendekat kepadanya.
Benar adanya jika aku merasa
kehilangan namun di saat yang sama aku telah menemukan Byan. Aku senang bisa di
dekatnya. Aku senang bercerita banyak hal atau sekedar mendengar perjalanan
hidupnya. Jelas sejak awal aku merasa nyaman, namun aku belum mampu
mendeskripsikan apakah itu rasa suka. Aku tidak melihat fisik, harta atau
kehebatan lain dari Byanku. Aku hanya mau selalu di dekatnya. Kenyamanan itu
tidak aku dapatkan dari orang lain sampai sekarang. Itulah awal di mana Byan kemudian
selalu hadir dalam hidupku.
Byan sangat suka membaca, menulis
dan sastra. Kamarnya dipenuhi buku-buku yang hampir tidak mampu aku baca walau
bertahun-tahun bersamanya. Byan menghabiskan waktu hampir sepanjang hari
bersama buku. Aku tidak begitu sulit untuk mencuri waktu bersamanya. Selepas kuliah
atau waktu senggang, aku menyempatkan untuk mengunjungi Byan, mengajak makan di
luar, menawarinya makanan atau mengajaknya pergi keluar untuk mencari angin. Apapun
itu asal bisa bersamanya pasti aku lakukan.
Aku tidak tau apa yang Byan pikirkan
tentangku saat itu, aku tidak tau bagaimana perasaan Byan saat itu. apa Byan menganggapku
perempuan aneh, gampangan, atau mainan baru atau apa aku tak tau. Ah aku pikir
bukan aku tidak tau tapi aku tidak mau tau tentang itu. Aku menutup itu dalam-dalam,
aku tidak peduli jika pun Byan tidak suka atau tidak mau ada aku saat itu. Aku mempertahankan
kenyamanan bersamanya. Aku tidak memikirkan bagaimana kalau Byan berfikir buruk
dll. Yang aku tahu saat itu bahwa aku begitu nyaman dan aku akan bersikap amat
sangat baik dengan orang yang membuatku nyaman. Byan selalu memiliki waktu
untukku, aku seperti lem yang terus menempel di hidup Byan. Apa aku egois? Aku menunjukan
perhatianku pada Byan. Aku melakukan itu tanpa pamrih apapun. Aku juga tidak
sedang merebut hatinya. Karena aku sedang tidak peduli dengan rasa suka saat
itu. Tapi aku bukan orang yang hanya diam, aku orang yang cenderung menunjukan
segalanya, baik suka atau tidak suka. Tapi aku tidak peduli apakah Byan suka
atau tidak dengan sikap serta perilaku yang aku tunjukan.
Byan dan aku sudah lama
bersama,tanpa status hubungan yang kita jalani namun aku mulai menyadari bahwa
kenyamanan itu membuatku takut kehilangan. Itu adalah awal di mana Byan akan
menjadi orang yang sangat berharga hingga aku takut kalau Tuhan mengirimkan
orang lain untukku.