Anakku kelak akan lahir--bukan dari rumah kardus ataupun dari halimun di sebuah pagi yang asing. Ia akan berdiri dalam pusaran hidup ini, hidup yang katanya diperjualbelikan, dirumuskan dalam angka, dinilai dalam hitungan kelas. Ya, hidup yang akan memaksamu berada dalam kubangan materi.
Jika kamu sudah lulus kuliah, atau apalah namanya kelak, kamu akan dipaksa untuk menerima sebuah tirani mayoritas, semacam kesepakatan bersama--entah dari mana asalnya--bahwa kamu harus merengkuh banyak lembar uang atau kepingan kekayaan. Jika tidak, kamu akan dianggap gagal. Kamu harus pontang-panting mencari materi. Karena kebahagiaan dibangun dari lembar-lembar kekayaan. Kamu benar-benar akan menjadi mesin yang meraung-raung dengan jiwamu yang sungsang.
Namun, aku tentu tak ingin kamu besar dan tumbuh dalam tirani itu. Aku ingin menyelamatkanmu menjadi seseorang yang merasa bahagia dalam kesunyiannya. Kamu tak akan saya tanyakan seberapa duit setiap bulan kamu hasilkan. Tidak. Kamu tidak akan saya tanyakan seberapa tinggi sekolah dan gelar yang kamu rengkuh. Tidak.
Tidak.
Aku akan menanyakan seberapa banyak kamu sudah mengabdikan hidupmu untuk orang lain, dan kita menjadi keluarga yang bahagia dalam kesunyian waktu, bersama orang lain atau bersama jiwa-jiwa kita sendiri....
0 comments:
Post a Comment