Friday, August 23, 2013

Masa Depan Kesunyian

Anakku kelak akan lahir--bukan dari rumah kardus ataupun dari halimun di sebuah pagi yang asing. Ia akan berdiri dalam pusaran hidup ini, hidup yang katanya diperjualbelikan, dirumuskan dalam angka, dinilai dalam hitungan kelas. Ya, hidup yang akan memaksamu berada dalam kubangan materi. 

Jika kamu sudah lulus kuliah, atau apalah namanya kelak, kamu akan dipaksa untuk menerima sebuah tirani mayoritas, semacam kesepakatan bersama--entah dari mana asalnya--bahwa kamu harus merengkuh banyak lembar uang atau kepingan kekayaan. Jika tidak, kamu akan dianggap gagal. Kamu harus pontang-panting mencari materi. Karena kebahagiaan dibangun dari lembar-lembar kekayaan. Kamu benar-benar akan menjadi mesin yang meraung-raung dengan jiwamu yang sungsang.

Namun, aku tentu tak ingin kamu besar dan tumbuh dalam tirani itu. Aku ingin menyelamatkanmu menjadi seseorang yang merasa bahagia dalam kesunyiannya. Kamu tak akan saya tanyakan seberapa duit setiap bulan kamu hasilkan. Tidak. Kamu tidak akan saya tanyakan seberapa tinggi sekolah dan gelar yang kamu rengkuh. Tidak. 

Tidak.

Aku akan menanyakan seberapa banyak kamu sudah mengabdikan hidupmu untuk orang lain, dan kita menjadi keluarga yang bahagia dalam kesunyian waktu, bersama orang lain atau bersama jiwa-jiwa kita sendiri....

Related Posts:

  • Taman Bunga Mawar Rumi dan Haidar Bagir Versi lengkap dari tulisan termuat di sini (http://basabasi.co) Dr. Haidar Bagir, pendiri dan pemilik Penerbit Mizan Group dan pengkaji yang sekaligus pemikir filsafat Islam dan penulis buku-buku tasawuf itu, berku… Read More
  • Obrolan Syiah Berakhir “Unfriend” 17 April 2015 kemarin saya mengomentari sebuah status Facebook seorang teman yang saya anggap sebagai guru. Guru, karena dia sudah menyampaikan beberapa potongan ilmu kepada saya tentang isu environment dan jenis-jenis mak… Read More
  • Gus Zainal… a piece of love from far away Dan cinta adalah nyawa  engkau boleh mengatasnamakan apa saja tetapi yang tumbuh di dada ini adalah pohon cahayanya tebanglah jika engkau sanggup menanggung perihnya (Zainal Arifin Thaha, Cinta Adalah Nyawa, 1996… Read More
  • Kacamata, Keberuntungan dan Teman-teman "Who knows what will happen then? It's a life mystery either lucky or not we should step forward. Mean anything to pursue values, happiness!” A few times after having double blast of unluckiness I tweeted above to … Read More
  • Ihwal Karya-Karya Sastra yang Meresap dalam Tubuhku Sekitar medio 2009, saya berjumpa Mas Paox Iben, seorang novelis, guru teater yang sekaligus teman baik yang sengit bila diajak diskusi. Obrolan mengalir begitu saja ihwal sastra. Saya pun menyebutkan beberapa sastrawa… Read More

0 comments: