Versi cetak dari artikel ini ada di Suara Karya.
Di tengah ketegangan antara
Iran dan Israel yang sama-sama ngotot menebar ancaman untuk berperang, ternyata
ada pemandangan sebaliknya yang ditunjukkan oleh rakyat kedua negara yang
sama-sama menginginkan perdamaian. Gerakan yang mereka bangun ditunjukkan lewat
media jejaring sosial Facebook, yang baru-baru ini sangat ramai di media-media
besar seantero dunia. Meskipun gerakan ini masih menjadi suara minor di tengah
dua negara tersebut, khususnya di tingkat pemerintahan, namun suara akar rumput
ini bisa menjadi salah satu jalan untuk menempuh perdamaian sebelum terjadi
perang.
Gerakan ini dipelopori oleh
seorang disainer grafis Israel yang tinggal di Tel Aviv bernama Ronny Edry. Dia
membuat Facebook page yang bisa di-like dengan tulisan Israel Loves Iran Campaign. Disain foto akun tersebut memuat
tulisan, Iranians, we will never bomb
your country. We love you.
Menurut pengaduan Edry,
seperti dirilis oleh The New Yorker (23/03/2012), dirinya diledek oleh
teman-temannya karena jarang sekali ada kata "damai dan cinta" di
Timur Tengah, khususnya ketika Israel dan Iran bersitegang, sebagai dua negara
yang sama-sama ditengarai mengembangkan senjata nuklir. Karena, sejauh ini, dua
negara ini sama-sama kuat secara politik dan peralatan perangnya. Jaringan dan
kerja sama internasionalnya pun sama-sama kuat.
Di belakang Iran berdiri
Rusia dan China, atau mungkin sebagian negara Arab seperti Turki. Sementara di
belakang Israel, ada Amerika, Perancis dan Inggris meski mereka belum secara
nyata mendukung tindakan sepihak Israel dengan jalan perang. Namun, jika perang
benar-benar terjadi, tengarai sebagai perang dunia ketiga bisa saja tercipta
yang akan dilakoni oleh Iran dan Israel.
Sungguh mengejutkan ketika
dalam 48 jam kemudian, di media yang sama, rakyat Iran bernama Majid, seorang
arsitek berusia 34 tahun, yang tidak mau menunjukkan nama lengkapnya karena
berdalih demi keamanan dirinya, menerbitkan kampanye yang serupa:
Iran-Loves-Israel Campaign dengan pesan balasan: our main aim is introducing the Iranians to the Israelis and the
Israelis to the Iranians.
Ketika ditelisik lebih
dalam, Majid menjelaskan bahwa meski pemimpin mereka (Israel dan Iran)
sama-sama mengancam perang dan bom, sebenarnya kami sudah membombardir diri
kami masing-masing (rakyat Iran dan Israel) dengan cinta dan damai. Sambutan
dan jawaban positif dari rakyat Iran ini tentu memberikan keyakinan tentang
gerakan peace-people power yang bisa didengungkan secara lebih luas ke publik
internasional.
Dari kasus itu, kita bisa
mendengar suara hati rakyat jelata suatu bangsa (baik Iran ataupun Israel) yang
sama-sama mendambakan perdamaian. Mereka sadar perang dewasa ini hanya menjadi
komoditas kepentingan para petinggi negara yang menjalankan kebijakan tanpa ada
proses dialog ke ranah rakyat dan bangsa mereka secara menyeluruh.
Jelas sekali bahwa rakyat
jelata (kemanusiaan) yang akan menjadi korban pertama di balik keganasan
perang. Kenyataan seperti ini tentu tidak ingin terulang di mana pun. Lihat,
misalnya, bagaimana rakyat Irak, Afghanistan ataupun Palestina yang hingga hari
ini masih terus terluntang-lantung membangun negeri mereka di tengah ancaman
kekerasan dan konflik yang belum selesai.
Sebelum jalan perang yang
diambil, masih banyak jalan lain yang bisa ditempuh oleh Israel dengan jalan
mediasi dari PBB. Menurut The New Yorker, Sabtu (24/03/12), gerakan demonstrasi
besar anti perang yang tak terorganisasi secara solid akan digelar oleh rakyat
Israel menentang keputusan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang sudah bulat
menandatanngani keputusan untuk menyerang Iran.
Edry secara tegas ingin
mengatakan bahwa gerakan yang dibuat itu untuk menunjukkan kepada dunia bahwa
rakyat Israel dan Iran masih ada yang peduli terhadap perdamaian. Upaya yang
dilakukan Edry sangat tepat karena dia berasal dari Israel di mana pemerintah
mereka sudah bulat ingin membombardir Iran. Jika jalan perdamaian yang mucul
dari rakyat kecil macam dirinya lebih banyak dan masif, bukan tidak mungkin
kebijakan perang bisa dipertimbangkan ulang oleh pemimpin mereka.
Kedua aktivis ini sama-sama
belum bisa menunjukkan dirinya secara gamblang ke publik. Hanya Edry yang mulai
berani tampil di jaringan televisi dengan meminta secara langsung donasi dan
dukungan dari semua pihak. Gerakan ini di Israel mulai menjadi semacam fenomena
kultural dengan kemunculan Edry di media. Sementara dari pihak Iran, Majid,
gerakannya masih sembunyi-sembunyi dan bahkan terlihat ketakutan. Majid masih
takut terhadap tuduhan-tuduhan (recriminations) yang bisa datang dari
pemerintah mereka.
Namun begitu, jika gerakan
ini cepat kita respon secara positif di seantero dunia, keyakinan kedua
penggerak pecinta perdamaian dari Israel dan Iran itu akan segera tumbuh dan
mereka akan merasa tidak berjalan sendirian. Peran media jejering sosial
seperti FB harus kita manfaatkan demi menyelamatkan nyawa kemanusiaan yang akan
sia-sia terbuang jika genderang perang benar-benar ditabuh oleh kedua negara.
Meski ini hanya sebatas
gerakan di FB, namun bukan tidak mungkin ini akan menjadi gerakan mainstream
yang bisa menggerakkan rakyat kedua negara dan tentu dukungan publik
internasional sangat dibutuhkan. Dalam laporan tahunan Institute for Economics
and Peace (2010) berjudul Measuring Peace in Media, peran media sangat
signifikan dalam upaya mendukung terciptanya perdamaian.
Intinya, partisipasi
masyarakat global dalam memberikan sikap terhadap isu-isu tentang perdamaian
akan mempengaruhi kesadaran terhadap kebijakan dan respon pemerintah. Semoga
ini menjadi gerakan yang disambut positif oleh publik internasional demi
mewujudkan perdamaian di muka bumi.
0 comments:
Post a Comment