Ziarah ke Museum of Innocence

Kemal menemukan kebahagian mencintai seorang Füsun dengan segenap warna dan misteri.

Wednesday, April 29, 2015

ISIS sebagai Musuh Bersama

Versi cetak tulisan ini dimuat di Media Indonesia, 19 Maret 2015 Meskipun kabar kepastian terkait 16 warga Indonesia yang dinyatakan hilang kontak (karena berpisah dengan biro perjalanan yang mengantarnya) di Turki sejak dua minggu silam belum jelas juntrungnya, kabar terbaru yang muncul di media-media lokal Turki seperti Hürriyet, Sabah dan Yeni Şafak justru semakin...

Sunday, April 19, 2015

Kisah Epik dari Pinggiran

Versi cetak tulisan ini dimuat di Jawa Pos, 19 April 2015  Tanggal 9 Desember 2014 silam novel baru Orhan Pamuk, peraih hadiah Nobel Sastra 2006, berjudul Kafamda bir Tuhaflık (Sebuah Keanehan dalam Pikiranku) terbit serentak di beberapa kota di Turki. Sebelum ini Pamuk sudah menerbitkan novel fenomenal berjudul Masumiyet Müzesi (Museum Kepolosan, diterjemahkan...

Saturday, April 18, 2015

Obrolan Syiah Berakhir “Unfriend”

17 April 2015 kemarin saya mengomentari sebuah status Facebook seorang teman yang saya anggap sebagai guru. Guru, karena dia sudah menyampaikan beberapa potongan ilmu kepada saya tentang isu environment dan jenis-jenis makanan tradisional Indonesia (khurusnya Indonesia Timur) --kalau saya tidak salah ingat tentang sesi yang dia isi di sebuah acara yang mempertemukan saya...

Wednesday, April 15, 2015

Ihwal Karya-Karya Sastra yang Meresap dalam Tubuhku

Sekitar medio 2009, saya berjumpa Mas Paox Iben, seorang novelis, guru teater yang sekaligus teman baik yang sengit bila diajak diskusi. Obrolan mengalir begitu saja ihwal sastra. Saya pun menyebutkan beberapa sastrawan yang karyanya saya baca waktu masih duduk di bangku MTs. Dari sekian nama yang saya sebutkan, nama N. Marewo akhirnya menjadi lokus yang saya ulang...

Monday, April 13, 2015

Jalan ke Bukit Itu setiap Hari Berubah

jalan ke bukit itu setiap hari berubah, kawan. kita melangkah pada dadu yang dilempar entah oleh tangan siapa, tapi kita sudah percaya di sana nasib ditanam dan tumbuh senyap jalan-jalan yang diterka sebagai denyar pada lipatan gelap kita tak pernah menyangka sore itu, selangkang lembah tiba-tiba berkabut basah. dan langkah kita bertebing perangai- perangai musim gugur yang sangsai. kita tenggelam sempurna dalam remang sebelum senja...