jalan ke
bukit itu setiap hari berubah, kawan. kita melangkah
pada dadu
yang dilempar entah oleh tangan siapa, tapi kita
sudah percaya
di sana nasib ditanam dan tumbuh senyap
jalan-jalan yang
diterka sebagai denyar pada lipatan gelap
kita tak
pernah menyangka sore itu, selangkang lembah
tiba-tiba berkabut
basah. dan langkah kita bertebing perangai-
perangai musim
gugur yang sangsai. kita tenggelam sempurna
dalam remang
sebelum senja selesai. tapi kita terus berjalan
kepada keyakinan
masing-masing, dari bisikan-bisikan
dan anuswara
lembah, meski di depan kita sempurna gelap!
apabila pagi
sudah tiba, kita sepakat akan berjumpa di sebuah
persimpangan
waktu, jalan ke bukit yang selalu bergemuruh
aku akan menjadi
tengkorak dan engkau akan menjelma pohon
lalu kita bersitatap
dan berucap, “yang ditanam dan tumbuh
senyap, di
sini kita berjalan kepada lipatan kesunyian nasib
masing-masing.”
sudah berapa
ribu tahun kita mencari jalan yang sama, kawan?
sebelum habis,
kita akan menjelma sebagai jalan ke bukit itu
tulang-belulangku
lesap di jalan ini dan engkau tumbuh sebagai
pohon yang
muram. sementara orang-orang akan berjalan di
antara kita.
mari saksikan apakah mereka akan saling mengutuk
di jalan
menuju bukit itu?
(2009-2015)
0 comments:
Post a Comment