Thursday, May 31, 2012

Persaksian


--KHA. Hamidi Hasan

ini waktu tidak sebentar, guru
tujuh tahun lamanya, atau lebih
engkau mengenalkan belantara luas
pada lembar-lembar kitab suci yang kudaras
huruf demi huruf adalah ayat atau isyarat
sebuah savana yang selalu minta dikenali
atau lautan yang mendendangkan gelora
aku tak bisa merenanginya, lautan hitam
dan savana tanpa arah itu sendiri, guru
sebuah telunjuk dan garis-garis teduh
dari roman wajahmu yang sumarah
aku, atau kami, diciptakan pelan-pelan
dipilin dari pecahan-pecahan bayangan
menjadi kelelawar ataupun burung elang
mengelana jauh di malam pekat
mengakrabi badai di siang sekarat
setelah halaman demi halaman kau buka
layar demi layar kau kembangkangkan
aku menjadi siang dan malam
untuk semua musim

seperti birama kasidah
dari ruang belakang rumahmu
setangkai daun mangga enggan luruh
kicauan burung-burung di pagi cerah
dan suara riang santri putri di balik gubuk
di situ, engkau tekun membukakan ruang
dan aku datang sebagai anak waktu
yang telah kau lahirkan!

Jogja, Akhir Mei 2012

Related Posts:

  • Persaksian --KHA. Hamidi Hasan ini waktu tidak sebentar, guru tujuh tahun lamanya, atau lebih engkau mengenalkan belantara luas pada lembar-lembar kitab suci yang kudaras huruf demi huruf adalah ayat atau isyarat sebuah savana… Read More
  • Menunggu Matahari Pulang di Hierapolis aku sendiri menunggu matahari pulang di hierapolis di sebuah kolam mata air teriris bagai kapas dari atas bukit sebuah kastil menyala cemas bulan tak sedang indah pucat di tebing batu-batu kapur malam ini aku ter… Read More
  • a winter dish add sauces and other recipes to make your foodit would be a poem! … Read More
  • Tari Sema bersama Zacky Khairul Umam —untuk seorang kawan kita adalah sepasang peziarah ke tengah moksa, kata waktu beku masing-masing kita melihat jarak  tak pernah benar-benar purna dilalui seperti semerbak taman bunga jalaluddin rumi  … Read More
  • Jalan ke Bukit Itu setiap Hari Berubah jalan ke bukit itu setiap hari berubah, kawan. kita melangkah pada dadu yang dilempar entah oleh tangan siapa, tapi kita sudah percaya di sana nasib ditanam dan tumbuh senyap jalan-jalan yang diterka sebagai denyar pada… Read More

4 comments:

Malihah Al Azizah said...

ketahuan suka ngintip santri putri hahaha

Bernando J Sujibto said...

hah? enak aja. kalo pas lagi lewat ya dilihat to... anyway, rumahnya almarhum tuh dekat bersebelahan dengan santri putri, jadi kalo aku lagi mau ngaji Qur'an atau cuma sekedar sharing ada program, saya pasti dengar suara santri putri dari rumah beliau....

mohammad rikza said...

*mencoba memikirkan filosofinya

Bernando J Sujibto said...

Rikza... hehe pikirnya jangan lama-lama ya.. Makasih kawan sudah coba membaca puisi di atas..


Salam

Bje