Ziarah ke Museum of Innocence

Kemal menemukan kebahagian mencintai seorang Füsun dengan segenap warna dan misteri.

Saat itu ibuku menangis

Buat kakakku Hermanto Junaidi yang sedang damai bersemayam di bawah pohon ketapang, tempat aku selalu menjengukmu, saat pulang, atau saat pergi sekalipun.

Indeks Perdamaian Kota Itu Perlu

By measuring the state of peace, we can further our understanding of the social, political and economic factors that help develop more peaceful environments

Tentang Ingatan dan Ideologi

The struggle of man against power is the struggle of memory against forgetting” — Milan Kundera (The Book of Laughter and Forgetting).

A Journey: from Border to Border

Midyat is one of a must visited historical places in Mardin beside Old Mardin. Overall this city is cited as paths of the early civilizations named Mesopotamia or far before it—if we talked about Christianity and Jews history as well for its strategic location with rocky hill and plain near the Tigris River.

Monday, April 13, 2009

Byan: Awal yang Indah

---sevdigim birinden bir hatıra

Personal doc
Waktu di mana saat itu aku masih anak kuliah semester 3. Aku ingat benar bagaimana pertemuan demi pertemuan aku ciptakan untuk bisa dekat atau sekedar mencari alasan agar aku bisa bersamanya; seseorang yang tidak sengaja hadir dalam hidupku dan begitu aku jaga sampai sekarang; seseorang yang aku sendiri tidak menyadarinya sejak awal bahwa dia begitu berharga. Bahwa dialah orang yang ingin aku pertahankan, bahwa dialah orang yang begitu kuat aku menjaganya dan menunggunya sampai sekarang. Orang yang sudah aku beri komitmen dan kepercayaan untuk kelak menjadi satu-satunya yang akan memberikan separuh hidupnya untuk kebahagiaanku. 

Aku baru menyadarinya,Tuhan menghadirkan beberapa orang yang salah, tidak penting, mungkin menyisakan kenangan pahit. Namun aku percaya orang-orang tersebut telah mengantarkanku bertemu dengan seseorang yang baik dan benar untukku. Dialah Byanku, orang yang kini hadir dalam setiap perjalanan hidupku. ini adalah kisah tentang dia, tentang Byan yang kini dan selamanya selalu menjadi lelakiku. Byan adalah orang yang tidak sengaja aku kenal dari orang yang salah. Saat itu Byan seperti tempat yang disediakan Tuhan untuk hati yang lara, seperti debur ombak yang menyapu pasir pantai, seperti itu pula kehadirannya mampu menghapus duka. Ada semacam magnet yang membuatku terus mendekat kepadanya.

Benar adanya jika aku merasa kehilangan namun di saat yang sama aku telah menemukan Byan. Aku senang bisa di dekatnya. Aku senang bercerita banyak hal atau sekedar mendengar perjalanan hidupnya. Jelas sejak awal aku merasa nyaman, namun aku belum mampu mendeskripsikan apakah itu rasa suka. Aku tidak melihat fisik, harta atau kehebatan lain dari Byanku. Aku hanya mau selalu di dekatnya. Kenyamanan itu tidak aku dapatkan dari orang lain sampai sekarang. Itulah awal di mana Byan kemudian selalu hadir dalam hidupku.

Byan sangat suka membaca, menulis dan sastra. Kamarnya dipenuhi buku-buku yang hampir tidak mampu aku baca walau bertahun-tahun bersamanya. Byan menghabiskan waktu hampir sepanjang hari bersama buku. Aku tidak begitu sulit untuk mencuri waktu bersamanya. Selepas kuliah atau waktu senggang, aku menyempatkan untuk mengunjungi Byan, mengajak makan di luar, menawarinya makanan atau mengajaknya pergi keluar untuk mencari angin. Apapun itu asal bisa bersamanya pasti aku lakukan.

Aku tidak tau apa yang Byan pikirkan tentangku saat itu, aku tidak tau bagaimana perasaan Byan saat itu. apa Byan menganggapku perempuan aneh, gampangan, atau mainan baru atau apa aku tak tau. Ah aku pikir bukan aku tidak tau tapi aku tidak mau tau tentang itu. Aku menutup itu dalam-dalam, aku tidak peduli jika pun Byan tidak suka atau tidak mau ada aku saat itu. Aku mempertahankan kenyamanan bersamanya. Aku tidak memikirkan bagaimana kalau Byan berfikir buruk dll. Yang aku tahu saat itu bahwa aku begitu nyaman dan aku akan bersikap amat sangat baik dengan orang yang membuatku nyaman. Byan selalu memiliki waktu untukku, aku seperti lem yang terus menempel di hidup Byan. Apa aku egois? Aku menunjukan perhatianku pada Byan. Aku melakukan itu tanpa pamrih apapun. Aku juga tidak sedang merebut hatinya. Karena aku sedang tidak peduli dengan rasa suka saat itu. Tapi aku bukan orang yang hanya diam, aku orang yang cenderung menunjukan segalanya, baik suka atau tidak suka. Tapi aku tidak peduli apakah Byan suka atau tidak dengan sikap serta perilaku yang aku tunjukan.

Byan dan aku sudah lama bersama,tanpa status hubungan yang kita jalani namun aku mulai menyadari bahwa kenyamanan itu membuatku takut kehilangan. Itu adalah awal di mana Byan akan menjadi orang yang sangat berharga hingga aku takut kalau Tuhan mengirimkan orang lain untukku.