Ziarah ke Museum of Innocence

Kemal menemukan kebahagian mencintai seorang Füsun dengan segenap warna dan misteri.

Saat itu ibuku menangis

Buat kakakku Hermanto Junaidi yang sedang damai bersemayam di bawah pohon ketapang, tempat aku selalu menjengukmu, saat pulang, atau saat pergi sekalipun.

Indeks Perdamaian Kota Itu Perlu

By measuring the state of peace, we can further our understanding of the social, political and economic factors that help develop more peaceful environments

Tentang Ingatan dan Ideologi

The struggle of man against power is the struggle of memory against forgetting” — Milan Kundera (The Book of Laughter and Forgetting).

A Journey: from Border to Border

Midyat is one of a must visited historical places in Mardin beside Old Mardin. Overall this city is cited as paths of the early civilizations named Mesopotamia or far before it—if we talked about Christianity and Jews history as well for its strategic location with rocky hill and plain near the Tigris River.

Monday, April 18, 2011

Damai dari Hati untuk Semua

komunitas dimana saya bisa belajar dan memaknai
Kira-kira apa yang terbayang dalam benak Anda jika melihat teman-teman satu sekolah Anda terlibat perkelahian antar geng seperti marak terjadi? Apakah mengklaim itu hanya sebagai oknom, karena perilaku anak nakal misalnya? Atau merasa ikut ‘bertanggung jawab’ bahwa kasus seperti itu merupakan persoalan bersama? Atau cuek-cuek bebek?

Bagaimana pula sikap Anda jika banjir, tanah longsor, polusi udara, pencemaran air, dan dampak-dampak global warming benar-benar telah mengancam kehidupan kita? Apakah perdamaian dan ketentraman hidup bisa terjadi di tengah ancaman alam dan lingkungan seperti itu? Lingkungan yang ramah adalah sumbangsih dan intisari perdamaian itu sendiri. Karena perdamaian bukan hanya dalam konteks hubungan horizontal manusia dengan manusia, tapi hubungan dengan lingkungan sekitar secara luas harus terjalin secara baik. Dua hal inilah yang hari ini perlu kita pegang.

Tuesday, April 12, 2011

Yang Semakin Takut Sekolah

Dalam dua hari ini, pikiran saya melingkari isu-isu dunia pendidikan dan kampus secara khusus. Imajinasi saya tentang dunia pendidikan dan kampus setidaknya disentil oleh dua hal. Pertama, karena saya menjumpai kawan-kawan dan adik angkatan di kampus yang sudah pada wisuda dengan selempang cumlaude atau nama-nama gelar lain yang mereka raih. Kedua, saya mendapati sebuah artikel di harian Kompas ditulis oleh seorang sastrawan Yudhistira ANM Massardi, seorang penulis puisi yang saya suka. Artikel betajuk Berhentilah Sekolah Sebelum Terlambat! benar-benar mengajak saya, dan mungkin pembaca lain, merenung lebih dalam lagi: ihwal pendidikan dan tetek bengek di dalamnya.

Artikel itu terbit tanggal 8 April 2011, sehari sebelum senat terbuka di kampus saya: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dihelat. Bukan karena rencana, tapi betul-betul kebetulah! Bagi orang lain artikel tersebut mungkin tidak berefek apa-apa. Tapi bagi saya, seorang mahasiswa di tahun ke-5 di kampus, tulisan itu ibarat kado terindah yang mengiringi prosesi wisuda teman-teman dan adik-adik angkatan.