Ziarah ke Museum of Innocence

Kemal menemukan kebahagian mencintai seorang Füsun dengan segenap warna dan misteri.

Saat itu ibuku menangis

Buat kakakku Hermanto Junaidi yang sedang damai bersemayam di bawah pohon ketapang, tempat aku selalu menjengukmu, saat pulang, atau saat pergi sekalipun.

Indeks Perdamaian Kota Itu Perlu

By measuring the state of peace, we can further our understanding of the social, political and economic factors that help develop more peaceful environments

Tentang Ingatan dan Ideologi

The struggle of man against power is the struggle of memory against forgetting” — Milan Kundera (The Book of Laughter and Forgetting).

A Journey: from Border to Border

Midyat is one of a must visited historical places in Mardin beside Old Mardin. Overall this city is cited as paths of the early civilizations named Mesopotamia or far before it—if we talked about Christianity and Jews history as well for its strategic location with rocky hill and plain near the Tigris River.

Wednesday, June 27, 2012

Surat untuk Bapak Dahlan Iskan

Yang terhormat
Bapak Dahlan Iskan

Mungkin surat ini lambat saya tulis kepada Bapak. Tapi daripada tidak sama sekali, saya lebih baik menuliskannya, mengiringi kesibukan dan aktivitas Bapak yang tak kenal lelah dan gigih demi perbaikan tanah pusaka ini ke depan.
Sort of my village

Saya tidak mengerti kenapa ingin sekali menulis surat ini, selain saya bangga menyaksikan kegigihan Bapak yang menembus tembok-tembok bernama sistem dan mainstream. Dan saya semakin yakin menuliskan suara hati ini ketika saya mendengar ada kasus korupsi di balik pengadaan Al-Qur'an di Kemeneg. Kitab suci seakan-akan sudah tidak berarti lagi; nilai-nilai kebaikan sudah dilabrak; dan akal sehat sudah dicederai.

Monday, June 25, 2012

Menemani Keberangkatanmu


(untuk almarhum k.h.a. hamidi hasan)

/i/
tibatiba aku ingin sekali datang ke stasiun
tanpa karcis di tangan. tidak hendak kemana
selain menunggu kereta demi kereta melintas
dan menemukanmu mendaras rel yang sama
o, ini pagi aku menyaksikan keberangkatanmu
jadwal yang kau sebut begitu cepat
tak dapat kujabat tanganmu erat
lengking peluit keburu mengkilat

//ii//
pagi dinihari pukul 2.30
laman kusam stasiun tua
temaram lampu perlahan tertahan
menyulam kumparan masa silam
sebiji arang pada secangkir kopi
menemani kerangkatanmu
dari stasiun yang lain
selamat jalan guru....
aku dari kota tugu
segera menyambut
sebuah kereta
kau namai
sendiri
arang hitam mulai tenggelam
merenangi kantukku yang hilang
musik jalanan dan parfum malam
di sini kami bertiga (aku, sabri, ruslan)
dari ruas masa silam yang sama
meniti pematang di belakangmu

///iii///
riuh rendah kereta malam
datang dan tengggelam
cangkirku tibatiba hitam!

     stasiun tugu, jogja, 26 Mei 2012

Friday, June 22, 2012

Binadamai di Indonesia

Jangan sekali-kali kau memercikkan darah karena darah yang terbercik itu tidak pernah tidur. -- Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138-1193).

TRAGEDI kekerasan yang terus melanda negeri ini sudah tidak bisa ditoleran begitu saja. Dari hari ke hari, modus dan eskalasi kekerasan terus bermanuver dan bereproduksi sedemikian rupa sehingga mengancam ketenteraman dan kenyamanan hidup rakyat di bawah negara. Maraknya tindak kekerasan baik oleh militer ataupun rakyat sipil, seperti ditunjukkan oleh keberingasan kelompok-kelompok tertentu, pada gilirannya akan mengakibatkan tindakan frustrasi sosial yang ditunjukkan rakyat akibat kekerasan yang tidak tertangani secara proporsional menurut hukum yang berlaku di bawah negara. 

Di tengah proses resolusi konflik dan pendekatan perdamaian yang dilakukan oleh negara akhir-akhir ini, kita perlu membincang tentang peacebuilding (diterjemah: “binadamai"), sebuah terma yang mulai tidak asing di publik kita, meski penelitian yang komprehensif di bidang ini belum signifikan. Kita banyak bicara tentang resolusi konflik karena fokus dominan kita--sebagai bangsa yang terbelah kerena kekerasan dan konflik yang panjang di bawah imprealisme lalu kekerasan struktur di bawah rezim otoritarianisme--berada di ranah tersebut. 

Tuesday, June 19, 2012

Malaysia Dukung Kegiatan Warga Mandailing

Tulisan ini digunting dari Rakyat Merdeka Online


From Rakyat Merdeka

RMOL. Malaysia lagi-lagi meng­klaim budaya Indonesia sebagai budaya mereka. Kali ini, mereka berencana memasukkan tari Tortor dan Paluan Gordang Sem­bilan sebagai warisan budaya negara mereka. Kontan, klaim ini kembali membuat masyarakat Indonesia geram.


Sebelumnya, Malaysia pernah mengklaim lagu Rasa Sayange dan Reog Ponorogo dan se­bagainya.
“Saya sebenarnya kurang me­nge­tahui apa motif Malaysia me­la­kukan itu kepada Indonesia. Namun, jika dilihat dari kasus-kasus pengklaiman budaya sebe­lumnya, Malaysia nampaknya sengaja melakukannya untuk me­manaskan suasana hubungan kedua negara,” ujar budayawan Bernando J. Sujibto saat dihu­bungi Rakyat Merdeka kemarin.

Namun, Bernando tak menya­lahkan sepenuhnya Malaysia atas pengakuan kebudayaan In­do­ne­sia. Menurutnya, ini seba­gai pe­ringatan kepada bangsa Indo­nesia agar melestarikan ke­bu­da­yaan­nya sendiri.

Sementara tokoh masyarakat Mandailing Natal, Amru Daulay menertawakan Menteri Pene­rangan Komunikasi dan Ke­bu­dayaan Malaysia Rais Yatim.

“Saya tidak akan marah, tapi malah akan menertawakan Ma­laysia kalau hal itu benar-be­nar mereka lakukan. Rasanya aneh dan lucu aja Malaysia meng­klaim budaya kita. Jelas-jelas kita pu­nya sejarah kalau Tortor dan Paluan Gordang Sem­bilan milik Mandailing dan Na­tal,” kata bekas Bupati Madina ini seperti dilansir dari Tribun.

Ketika dihubungi Rakyat Mer­deka, kemarin, Duta Besar Ma­laysia untuk Indonesia, Dato Syed Munshe Afdzaruddin mem­bantah negaranya mengklaim ke­dua kesenian tersebut sebagai milik Malaysia. “Malaysia hanya ikut men­du­kung kegiatan buda­ya ma­sya­rakat Mandailing di Ma­laysia,” tekan Afdzaruddin.

“Malaysia terdiri atas berbagai suku bangsa, salah satunya orang Mandailing. Mereka keturunan asli Mandailing dari Sumatera Utara. Mereka sering menggelar berbagai kegiatan terkait buda­yanya,” terang Afdzaruddin.

Afdzaruddin mengaku bakal ber­temu dengan ketua KNPI (Ko­mite Nasional Pemuda Indonesia) Pematang Siantar, Parlaungan Purba, hari ini di Kedutaan Be­sar Malaysia di Jakarta, untuk mem­bahas masalah tersebut.

“Besok (hari ini), saya akan ber­temu dengan Bapak Par­liu­ngan di kantor saya. Kita akan membahas permasalahan ini se­cara mendetail agar tak terjadi ke­salahpahaman. Namun yang pasti, Malaysia bukan meng­klaim kedua tarian tersebut se­bagai ke­budayaan milik mere­ka,” tan­das dubes yang ramah itu.

Sebelumnya, Rais Ya­tim akan mendaftarkan tari Tortor dan Paluan Gordang Sem­bilan, bu­daya asli masyarakat Sumatera Utara, dalam Seksyen 67 Akta Warisan Kebangsaan 2005. 

Menurut Rais, mem­pro­mo­si­kan seni dan kebudayaan ma­sya­rakat Mandailing itu sangat pen­ting karena bakal me­nun­jukkan asal kedua kebudayaan tersebut.

 “Tarian ini akan diresmikan se­bagai satu cabang warisan ne­gara,” katanya seusai m­e­res­mikan Per­himpunan Anak-anak Mandai­ling, di Malaysia,  Kamis (14/6). 

“Tetapi dengan syarat, per­tun­jukan berkala mesti digelar di hadapan khalayak ramai,” tukas Rais. [Harian Rakyat Merdeka]

Apa Kabar Anjing Anda?

Apa yang Anda pikirkan jika mendengar kata Anjing? Ini hewan yang cerdas, oke; ini hewan yang cekatan, oke; ini hewan yang najis bagi sebagian agama, oke; ini hewan yang bisa menyebarkan rabies (penyakit anjing gila), oke; dan sebagainya. Apa lagi yang bisa Anda katakan tentang Anjing?

Thursday, June 14, 2012

Sandera Homo Sovieticus

Versi cetak tulisan ini ada di Jurnal Nasional.

ADA yang menarik dari salah satu cerita Pramoedya Ananta Toer ketika baru pulang dari Pulau Buru, penjara yang telah tanpa pengadilan apa pun telah memupus hidupnya selama lima tahun. Cerita ini perlu diangkat kembali karena relevan dengan karakter dan kebiasaan banyak orang, khususnya para birokrat kita hingga hari ini di mana para elit birokrat dan bahkan sampai ke tingkat pemerintah lokal di daerah selalu bermain-main dalam kebohongan. Bagi Pram, seperti diceritakan kembali oleh Jalaluddin Rakhmat (2004: 129), kalau kita ingin memahami pembicaraan orang Indonesia (baca: pejabat Indonesia), maka rumus yang tepat adalah: x = bukan x.