Ziarah ke Museum of Innocence

Kemal menemukan kebahagian mencintai seorang Füsun dengan segenap warna dan misteri.

Saat itu ibuku menangis

Buat kakakku Hermanto Junaidi yang sedang damai bersemayam di bawah pohon ketapang, tempat aku selalu menjengukmu, saat pulang, atau saat pergi sekalipun.

Indeks Perdamaian Kota Itu Perlu

By measuring the state of peace, we can further our understanding of the social, political and economic factors that help develop more peaceful environments

Tentang Ingatan dan Ideologi

The struggle of man against power is the struggle of memory against forgetting” — Milan Kundera (The Book of Laughter and Forgetting).

A Journey: from Border to Border

Midyat is one of a must visited historical places in Mardin beside Old Mardin. Overall this city is cited as paths of the early civilizations named Mesopotamia or far before it—if we talked about Christianity and Jews history as well for its strategic location with rocky hill and plain near the Tigris River.

Friday, December 19, 2014

Prof. Alver’s Class: A Tea-Time Sharing

Prof. Alver
Having chosen an irresistible subject from numerous lists of my master courses at Sociology Department in Selcuk University, namely Sociology of Novel, I believed in myself that it would make easier for me in introduction toward Turkish academic fields. It dares me to face challenging of being master student in Turkey in which Turkish language is the first-intriguing step to be completed. Sociology of Novel, notably approaching sociology by literature perspective, will posit my on-going experiences in reading and examining literary works into more academically-addressed discourse in both as writer and reader.

Saturday, November 29, 2014

a winter dish


add sauces and other recipes to make your food
it would be a poem!


Wednesday, November 12, 2014

İyiki Doğdun, Orhan!

Photo from digital Jawa Pos
Orhan, hari ini Engkau bisa menikmati imajinasi tanpa batas tentang tanah kelahiranmu sendiri: Istanbul, kota yang telah menempamu menjadi sosok manunggal dengan dunia imaji kota kelahiran; kota yang petanya Engkau simpan dalam ingatan; kota yang menenggelamkanmu dalam prosesi-prosesi kenangan, yang selalu Engkau rindui sebagai siluet melankolia—hüzün, katamu.

Orhan, Sabtu 7 Juni kemarin adalah ulang tahunmu ke-62, usia yang terbilang dangkal untuk mengukur kedalaman karya-karyamu. Aku pelan-pelan memasuki halaman ramahmu, rimbun kata yang ditempa riuh dan peta kota yang jauh, kota kelahiranmu sendiri.

Tuesday, October 14, 2014

Sepak Terjang Teroris DHKP-C di Turki

(catatan singkat dan seadanya)

Front-Partai Pembebasan Rakyat Revolusioner (DHKP-C) adalah organiasi gerakan yang bertanggung jawab atas aksi penyanderaan seorang hakim bernama Mehmet Selim Kiraz (31/3/2015), di gedung Pengadilan Çağlayan di Istanbul. Drama penyanderaan tersebut berakhir pada sekitar pukul 21.00 waktu setempat. Dua penyandera Şafak Yayla (23) dan Bahtiyar Doğruyol (27) akhirnya ditembak mati. Sementara jaksa Kiraz meninggal di rumah sakit karena mederita lima luka parah bekas tembakan di tubuhnya.

Seperti disampaikan dalam konferensi pers oleh Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoğlu (31/3), pemerintah Turki menyatakan ketegasannya melawan segala bentuk teror yang mengancam stabilitas publik. Pemerintah meminta kepada segenap rakyat Turki untuk melawan secara bersama-sama semua macam tindakan teror yang mengancam demokrasi di Turki.
"Kami tidak akan menoleransi siapa pun yang mengacaukan stabilitas publik dan mengancam keamanan nasional,” tambah Davutoğlu di sela-sela prosesi pemakaman jaksa Kiraz (1/4), di Istanbul.

Kelompok yang terkenal dengan sebutan Devrimci Halk Kurtuluş Partisi-Cephesi ini mempunyai akar ideologi Marxist-Leninist dan didirikan pada tahun 1978 dengan nama Kiri Revolusioner (Devrimci Sol atau Dev. Sol). Devrimci Sol merupakan sempalan Devrimci Yol (Jalan Revolusi), sebuah kelompok gerakan politik yang muncul ke publik satu tahun sebelumnya. Di bawah komando Dursun Karatas, kelompok ini resmi berubah nama menjadi DHKP-C tahun 1994. DHKP-C dimasukkan ke dalam daftar organisasi terorisme oleh Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Platform DHKP-C adalah melawan segala bentuk imprealisme, khususnya yang dikendalikan oleh Amerika dan NATO. Di Turki sendiri mereka kerap membuat serangkalian aksi dari cara-cara damai hingga tindakan teror yang makin masif setelah tahun 2001.

Tahun 2001, DHKP-C melakukan tindakan teror dua kali di Istanbul, yaitu pada bulan Januari yang dilancarkan kepada polisi. Pada bulan September, mereka melakukan bom bunuh diri dan menewaskan tiga orang. Pada 24 Juli 2004, bom bunuh diri kembali dilakukan salah satu anggota kelompok DHKP-C bernama Semiran Polat. Kali ini mereka meledakkan diri di bus yang mengakibatkan tiga orang meninggal dan 15 orang lainnya terluka.

Satu tahun berikutnya, tepatnya 1 Juli 2005, anggota DHKP-C bernama Eyüp Beyaz kembali membuat ulah. Tapi kali ini polisi dapat mencegah rencana pemboman bunuh diri yang akan dilakukan terhadap gedung Kementerian Keadilan. Akhir Februari 2006, salah satu anggota gerakan yang terlibat dalam pembunuhan seorang pengusaha Turki bernama Ozdemir Sabanci pada 9 Januari 1996, bernama Fehriye Erdal ditangkap di Belgia. Tapi kabur dengan paspor palsu dan hingga hari ini belum ditemukan. Ancaman sporadis mereka kembali terjadi pada 29 April 2009 saat Hikmet Sami Turk, seorang profesor hukum dan akademisi, hendak memberikan kuliah di Bilkent University, Ankara. Didem Akman dan temannya Onur Yılmaz tertangkap.

Pada 11 September 2012, bom bunuh diri kembali dilakukan oleh salah satu anggota militan DHKP-C bernama İbrahim Çuhadar di kantor polisi di daerah Sultangazi, Istanbul. Aksi ini mengakibatkan seorang polisi terbunuh. Tindakan bom bunuh diri kembali dilakukan oleh militan DHKP-C bernama Ecevit Şanlı pada 1 Februari 2013. Kali ini sasarannya adalah Kedutaan Besar Amerika di Ankara. Aksi ini membunuh seorang keamanan asal Turki sendiri dan melukai beberapa orang lainnya.

Gerakan masif mereka terjadi pada tahun 2013. Dua serangan teror terjadi pada 19 Maret 2013, militan DHKP-C menyerang kantor partai penguasa, yaitu Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP) dan kantor Kementerian Keadilan. Berselang beberapa bulan berikutnya, pada tanggal 22 September 2013 dua anggota DHKP-C menyerang kantor Markas Besar Kepolisian Turki di Ankara dengan roket. Satu minggu berikutnya, 29 September 2013 DHKP-C kembali menebar teror dengan aksi perkelahian gang di daerah Maltepe, Istanbul.

Awal tahun 2015 kemarin tepatnya pada 6 Januari, aksi teror kembali dilakukan. Kali ini pelakukanya adalah seorang perempuan dengan meledakkan diri di kantor polisi daerah Sultanahmet, Istanbul. Aksi ini menewaskan satu polisi dan dan melukai polisi lainnya. DHKP-C mengungkapkan lewat media bahwa tindakannya kali ini adalah sebagai hukuman atas meninggalnya Berkin Elvan.

Dalam penyelidikan otoritas kepolisian Turki, terungkap bahwa Yayla bersaudara yaitu Şafak Yayla dan kedua kakaknya (Bulut Yayla dan Mehmet Yayla) adalah anggota militan DHKP-C yang telah terlibat dalam serangkaian aksi teror di Turki. Mehmet Yayla terlibat dalam aksi teror pada 19 Maret 2013 di kantor AKP Ankara dan Kementerian Keadilan, dan pada 30 Juli 2013 ditangkap polisi di lepas pantai Pulau Sakız (Yunani) dalam perjalan menuju Istanbul dengan membawa bahan peledak. Tapi sayangnya, Yunani menolak permintaan ekstradisi. Sementara Bulut Yayla ditangkap polisi Turki pada 31 Mei 2013 ketika hendak pergi ke Yunani secara ilegal.

Thursday, October 09, 2014

A Journey: from Border to Border

Before these things lose and go away from my memories, I prefer to write down--as I usually do--here, a sheer piece of my huge package: learning and travelling during summer, including my first international presentation. It’s of course one of my unforgettable experiences which taught me a lot during my togetherness with participants from many countries.

Firstly never do I think that I could participate this Summer School organized by ILEM (İlmi Etüdler Derneği) in Istanbul since I didn’t get any response toward my article’s abstract on time of the deadline made by committee. However, to fulfill my holiday of the summertime I arranged my travel plan into around eastern Turkey. I highlighted some city names to visit. I kept Mardin, Diyarbakir and Batman as my route at least. If possible I would change my plan with some more cities to visit with the same interest: Kurdish culture and its lives.

Monday, October 06, 2014

Seni Budaya Nusantara pada 807 Tahun Usia Rumi

waiting for the falling leaves
Ketika September menyapa, bulan yang menandai musim gugur—saat di mana daun-daun beranjak menguning dan pasrah disangkut angin—, Konya bersiap menyambut momentum kehadiran: kelahiran sufi besar, Mevlana Jalaluddin Rumi. September adalah saat di mana Rumi seperti dilahirkan kembali, disapa ribuan manusia dari semua bangsa dan dirayakan dengan kehidmatan-kehidmatan ritual dan doa-doa. Bulan September yang dimitoskan oleh banyak peradaban (seperti perayaan Pabon oleh bangsa Pagan untuk berterima kasih kepada sinar matahari karena sebentar lagi gelap akan datang [impending dark], bangsa Aborigin menjadikan September sebagai momentum meramal astronomi, atau prosesi ritual bagi bangsa Yunani kuno karena dewi Persephone akan kembali ke suaminya Hades, di dunia durjana) terasa semakin mistis dengan kehadiran Rumi. Ia melengkapi mistisisme September!

Namun, tak lama setelah perayaan demi perayaan untuk hari kelahirannya, bulan Desember di awal musim dingin, Rumi kembali dihantarkan menuju singgasana Ilahi. Sebuah malam pengantin di mana ia dijemput oleh Allah.

Friday, September 19, 2014

Tungku Ibu

Ibu, 
suatu waktu
kita merayakan sebuah pagi
obrolan di tengah gemeretak
kayu-kayu sebelum menjadi api
Ada aroma yang aneh, seperti
tiba-tiba meretas aorta darahku
kayu-kayu itu nyalang terbakar
"Aroma apa, Ibu?"
Ibu hanya tersenyum
lalu bergegas menyiapkan sarapan
Aku terus menatap kayu-kayu
berkeringat
seperti sore kemarin
saat ibu memanggulnya dari tepi sungai


setahun silam

setahun silam
wajahmu dalam diam
bergobang muram

curam airmata
kautitipkan di saat
keberangkatanku

konya, 19 september 2014

Tuesday, September 16, 2014

Half of Columbia’s Istanbul Memories

As I have just touched down in Istanbul, it’s such a coincidental moment when suddenly remembering one of my lectures from University of South Carolina; someone who is normally not hearing each other just like other American friends of mine after short-time-hang out and assemblies they used to have done for me and couples of my friends. It’s not easy to keep in touch when the business ends up, no interest anymore and also hard to find friendship with Americans. I am not judging all the American people as I have experienced with. But in general I can say only two persons among fifty ones something I could keep contact. One year later, after coming back from studying language and cultures in summertime 2010, I tried to say hello on Facebook with some of them and it’s hard to have some response. I know those kind of people with tough routine jobs are not easy to waste time with some distant acquaintances, not to say careless.

Monday, September 08, 2014

Ela Gözlü

Setiap kali menikmati sepotong sore di balkon apartmennya, Eson acapkali melihat sosok perempuan muda duduk melindihkan tubuhnya ke jendela. Long dress putih dengan motif bunga dan betisnya yang dibiarkan tersingkap terlihat jelas di balik kaca. 

Awalnya Eson sama sekali tak terlalu menghiraukan penghuni baru di apartemen sebelah itu. Ia mungkin sedang beradaptasi dengan tempat baru, atau memang senang menikmati hamparan taman hijau dengan bunga-bunga mekar di akhir musim semi begini. Atau mungkin ia senang menikmati burung-burung merpati yang biasa hinggap di setiap jendela apartemen….

Wednesday, August 06, 2014

Seseorang Di Atas Kapal Pinisi

Tuesday, August 05, 2014

Pengalaman bersama PlayPlus Indonesia

PENGANTAR 

Saya menulis catatan ini semata-mata sebagai catatan pribadi dan juga untuk jawaban dari beberapa teman yang bertanya seputar proyek PlayPlus yang sudah berlangsung sejak bulan Agustus 2013 hingga Januari 2014. Tulisan ini jelas versi saya—bukan mewakili tim—yang sudah menjalankan dan menyukseskan proyek ini. Karena teman-teman perlu tahu bahwa saya tidak ikut melaksanakan proyek di lapangan (karena saya memilih kuliah master dan meninggalkan teman-teman tim tanggal 19 September 2013). Saya hanya menjadi project leader di awal-kegiatan yang memperjuangkan proyek ini menang dan terpilih oleh Bureau of Education and Cultural Affairs - International Exchange Alumni tahun 2013. Proyek ini sifatnya kompetisi yang dipanel langsung oleh juri-juri di Amerika. Saya juga punya testimony

Monday, August 04, 2014

a beautiful adviser

Mulai sekarang aku ingin menyebutnya seorang kritkus. Ia mulai membaca serius dan langsung memberikan tanggapan yang sangat mendalam tentang cerita-cerita yang aku tulis. Aku paham diri jika aku masih sangat belia dalam hal menulis cerita (cerpen ataupun cerita panjang lainnya). Sejauh ini aku menulis puisi, esai dan artikel. Cerita menjadi dunia baru yang coba saya masuki pelan-pelan. Dan ia, byan, telah menjadi teman yang memasuki karya-karyaku begitu dalam.

Wednesday, July 30, 2014

Aku Tidak Mengerti

---Duhai Mantan Jenderal
  
Di tengah kesenyapan merayakan hari raya idul fitri di Turki
Aku terngiang kembali ihwal pemilihan presiden di suatu negeri
Yang konon penuh etika dan nilai-nilai ketimuran: Indonesia

Sebenarnya, setelah 21 Juli 2014, pengumuman resmi pemilu
Aku sudah tidak ikut banyak berita tentangnya. Nyaris yakin
Bahwa rilis KPU apa adanya. Bisa dipertanggungjawabkan

Namun sayang, mereka yang kalah mengasah barisan sakit hati
Kebohongan dan fitnah terus berlanjut. Tak pernah ada jeda
Meski hanya untuk mengucap selamat hari raya idul fitri saja
Saya tidak mengerti, kenapa semua ini semakin menggurita
Mereka mencari legitimasi dengan cara apapun

Kedua kubu saling intrik, silahkan asal tidak di luar ring
Yang satu lebih santun dan terjaga, yang satu lagi
Berperangai seperti harimau kelaparan
Halalkan segala cara

Saudaraku, kalian sudah berlagak di luar akal sehat. Sungguh!
Kebohongan demi kebohongan terus diasuh bergemuruh riuh
Apakah sebegini kalutnya potret dunia perpolitikan kita?
Berita-berita dipalsukan. Photoshop, hacker, situs kamuflase
Terus bermunculan seperti mesin perang. Menyedihkan!

Duhai Mantan Jenderal
Masih ingat sebelum pengumuman resmi KPU?
Tuan menantang Jokowi menyatakan siap menerima kekalahan
Tapi giliran Tuan yang kalah, kata-kata jadi busuk di mulutmu!

Duhai Mantan Jenderal
Aku tidak suka cara Tuan bermain kepalsuan seperti ini
Nama baik Tuan yang dibangun sejak 5 tahun terakhir
Hancur oleh orang-orang di belakang Tuan
Mereka menjilat kiri kanan entah demi apa

Silahkan bukti tunjukkan, Tuan. Tak perlu belopotan lendir
Di mulutmu. Menggonggong seperti anjing kelaparan
Tapi banyak sekali yang bikin geli, karena di luar nalar
5 truk bukti kecurangan pemilu diesktrak menjadi sekian lembar
Dan sebagainya

Aku awalnya salut kepadamu, Duhai Mantan Jenderal
Tuan akan menjaga ketat pertarungan ini, di tanganmu sendiri
Tapi, keyakinanku ternyata rapuh dan salah seribu kali lipat
Tuan tidak bisa mengendalikan mulut Amien Rais
Tuan tidak bisa mengekang nafsu birahi orang-orang PKS
Tuan tidak bisa mengawal koalisi yang Tuan gawangi sendiri

Banmu kempes, Tuan
Jangan dipaksa berjalan
Sebelum rodamu benar-benar aus dan rumpang
Dan Gerindra akan hangus rubuh

Konya, 30 Juli 2014

Tari Sema (Whirling Dervish), Konya Part 1

Thursday, July 10, 2014

Neraka di Kepala Akutagawa


Judul:  Lukisan Neraka
Penulis:  Ryunosuke Akutagawa
Penerbit:  Kansha Publishing, 2013
Tebal:  200 halaman

Ryunosuke Akutagawa (1892-1927) adalah sosok yang kompleks, baik sebagai pribadi, gagasan, ataupun imajinasi-imajinasi liar yang tak-terhindarkan membubuhi karya-karyanya. Kompleksitas-diri tersebut, pengalaman hidupnya sendiri yang kemudian menggelandangnya dalam medan kreatif, telah mewarnai lanskap dan atmosfir proses kreatif dan risalah imajiner dalam prosa-prosanya yang sulit tergantikan, dan bahkan disebut-sebut menjadi tonggak cerita pendek (cerpen) Jepang modern.

"Asrul Yani"

(sebuah kenangan perjumpaan)

Ini malam terakhir untuk Asrul, seorang teman penerima beasiswa dari Pemerintah Turki namun memilih melepasnya setelah 6 bulan tinggal dan belajar bahasa (kelas persiapan) di Turki, teman satu angkatan dan sekaligus satu cohort dari Indonesia, teman tinggal satu kamar, teman diskusi yang hangat dan tak jarang sengit (bersama Mas Agung Chengho), teman berjiwa explorer, teman yang ringan tangan dan murah senyum, teman yang baik dan mengesankan….

Tuesday, July 01, 2014

Harga Waktu Malam Hari

Bulan puasa kali saya jalani di negeri orang, Turki, negeri yang mewarisi nama besar Ottoman dengan sebuah peradaban cemerlang dalam rentang abad 13 hingga awal akhir abad 19--sebuah imparator raksasa yang menjelang keruntuhannya diejek sebagai setumpuk "orang sakit dari Eropa". Iya saya menumpang hidup di situ, di negerinya Orhan Pamuk!

Ada satu hal yang cukup saya rasai di tengah kesendirian menikmati semburat cahaya sisa sore yang lamban, yaitu tentang malam, sebuah jeda waktu yang dalam banyak literatur sangat diistimewakan. Agama-agama memosisikan waktu malam hari sebagai sebuah keagungan, begitu juga bagi para pejalan ritual, tirakat, penyair, dan sebagainya. Malam menjadi misteri yang hanya bisa ditembus dengan kekuatan rasa dan moksa.

Kenangan Tentang Kota

(Suatu waktu di musim panas, sekitar awal bulan Juni 2013, sebelum saya mendapatkan kabar tentang diterima-tidaknya aplikasi beasiswa ke Turki, saya iseng menerjemahkan esai berikut dari versi bahasa Inggris yang ditulis oleh Orhan Pamuk (versi asli Bahasa Turki). Setelah tiba di Turki, merasai kultur dan mereguk sedikit pengalaman di tahun pertama, saya menemukan spirit esai Pamuk ini sebagai komplemen bagi dirinya yang berdiri tegak sebagai penulis yang independen--dalam artian membela nilai-nilai yang diyakininya di nyaris semua tulisannya. Saya temukan file ini terselip di folder dan langsung mengunggahnya di sini sebelum lenyap sama sekali.)

Tuesday, June 03, 2014

Kacamata, Keberuntungan dan Teman-teman

"Who knows what will happen then? It's a life mystery either lucky or not we should step forward. Mean anything to pursue values, happiness!”


A few times after having double blast of unluckiness I tweeted above to mark every single experience of my life, to stick it into my mind. My face with glasses was smashed by a ball played by a bunch of friends to warming up just a few minutes before match kick-off. Yes, it was broken and I had a little hurt on face. With 5,5 minus I felt surrounding was suddenly dark. We brought two balls into the pitch. One was used to play with and another we put inside. They guy I don’t know the name asked to play it outside. We permitted. Just a several minutes gone, I saw the ball was already above the pitch which is fully wrapped by strings. I know it would be difficult to pick it and it was right that we went back home without that ball.

Monday, May 19, 2014

Sandera Tragedi 1915


24 April 2014 menjadi hari penting bagi Turki setelah Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan secara terbuka berbicara kepada publik internasional ihwal peristiwa yang telah dituduhkan sebagai “genosida” yang dilakukan Ottoman terhadap bangsa Armenia, bangsa yang sebelumnya hidup damai dan rukun di bawah kekuasaan Ottoman. Kehadiran Erdogan dalam pidato khusus yang dibuat dalam sembilan bahasa, termasuk bahasa Armenia, untuk “memperingati” ke-99 tahun peristiwa tersebut menuai kontroversi dan sekaligus decak kagum.

Meskipun beberapa media internasional seperti Süddeutsche Zeitung dan Le Parisien Daily menilai langkah tersebut sebagai kejutan dan bencana politik, sikap gentlemen Erdogan patut diapresiasi sebagai extraordinary step dan constructive path yang diniatkan untuk mencari titik kesepahaman dan rekonsiliasi antara Turki dan Armenia ke depan.

Sunday, March 16, 2014

Sebuah Cermin

--Michel Foucault

pada sebuah cermin
kausimpan pecahan wajahmu
membayangkan utuh
suatu yang tak ada
suatu yang terbayang
di antara


apa yang membatasi jarak
antara wajahmu dan cermin ini?


akhirnya
kautemukan ketiadaanmu
pada sebuah cermin
lipatan-lipatan waktu melepuh
kaubayangkan utuh
sebagai doa pelarian
para heterotopias


(Versi cetak dimuat di Jurnal Nasional)

Wednesday, March 12, 2014

Bermain dengan Bahasa

(unfinished notes for lala)

Saya lupa pastinya kapan pertama kali mengenalnya. Sebenarnya kalau mau scrolling timeline Twitter masih bisa terlacak. Tapi saya lebih suka melanjutkan perkenalan daripada menjadi stalker, menikmati gema yang berdengung dari masing-masing pengalaman dimana saya berhadapan dengan orang lain—salah satunya teman yang satu ini.

Sunday, March 02, 2014

Prahara Parallel State

"Turkey is not a banana republic.”

(Recep Tayyip Erdogan)

Memasuki tahun politik 2014, kondisi politik dalam negeri Turki mulai diwarnai manuver panas kelompok-kelompok berkepentingan demi merebut kekuasaan di negara dua benua tersebut. Salah satu topik yang mencengangkan adalah pengungkapan kasus korupsi di lingkaran elit kekuasaan. Sebuah penyeledikan intens dan mendadak dilakukan oleh pihak kepolisian menangkap tiga anak menteri dari partai penguasa bersama belasan terduga korupsi lainnya. Akhirnya ketiga menteri (Menteri Ekonomi Zafer Caglayan, Menteri Dalam Negeri Muammer Guler dan Menteri Lingkungan Turki Erdogan Bayraktar) langsung mengundurkan diri.

Hati-Hati Plagiarisme!

(Versi cetak esai ini dimuat dı Jawa Pos 02/03/2014 sebagai tanggapan atas tulisan Abdul Waid di koran yang sama Jawa Pos 23/02/2014 di sini).

Plagiarisme: jauhi virusnya, jangan jauhi orangnya!”
@ih_plagiat

Minggu kemarin (Jawa Pos/23/2/2014) rubrik ini menurunkan sebuah ulasan tentang plagiarisme oleh Abdul Waid berjudul Antara Plagiat, Mengutip, dan Menyadur; membahas kasus plagiarisme yang menjerat Anggito Abimanyu, seorang akademisi dan sekaligus pejabat negara. Dengan konsentrasi membahas kasus plagiarisme Anggito, Waid terlihat lalai terhadap hal substansial tentang plagiarisme itu sendiri. Tulisan ini saya anggap perlu sebagai bahan bacaan lebih lanjut dengan memberikan penjelasan yang up to date kepada khalayak pembaca.

Thursday, February 27, 2014

Beyond Territory: Membingkai Indonesia dari Luar

"(The nation) is invisible; it must be personified before it can be seen, symbolized before it can be loved, imaged before it can be convinced….” 
(Cerulo, 1995: 3)

Syahdan, kalimat di atas tiba-tiba berjelaga dalam pikiran. Ia menjentik pengalaman yang nyaris lenyap—atau lebih tepatnya tak terjawab—selama kurang lebih dua bulan. Buku setebal gengaman tangan bayi berjudul Identity Designs: The Sights and Sounds of a Nation karya Karen A. Cerulo ini pelan-pelan menyulam perca-perca kegelisahan yang membuncah; membantu mengurai sebuah peristiwa yang meringkus saya seketika, waktu itu.
***

Friday, February 21, 2014

Testimoni PlayPlus Indonesia

(Saya tulis testimoni ini untuk salah satu rubrik dalam website PlayPlus. Tapi karena website-nya eror dan tidak bisa diakses, saya publis di blog sini dengan sedikit edit).

Bakerja bareng State Alumni baru terjadi kali ini. Sebelumnya saya nyaris tak pernah berhubungan secara intens dengan para alumni IELSP (Indonesia English Language Study Program). Saya diuntungkan “memaksa diri” untuk datang ke Alumni Meeting yang dihelat di Jogja pada sekitar bulan April 2013. Spiritnya hanya satu: karena saya mau ketemu dengan seorang kawan yang satu cohort saat ikut program ke Amerika, Ahyadi namanya. Namun setelah ketemu dengan semua cohort dan grantee IELSP, saya merasa nyaman dan mendapatkan setangkup kehangatan kebersamaan di bawah bendera keluarga alumni. Sehingga ketika ada kabar soal ada kompetisi bagi para alumni bernama Alumni Engagement Innovation Fund (AEIF) yang diselenggarakan oleh Bureau of Education and Cultural Affairs - International Exchange Alumni USAID tahun 2013, saya tidak segan-segan untuk mengontak teman-teman fellow yang sudah saya kenal di Yogyakarta.

Thursday, February 20, 2014

Aile Toplumun Temelidi

Ben şimdi bu kompozisyonla bir aile konusunu anlatıyorum. Bu konu herkes için önemlidir çünkü o toplumun temelidir. Bir toplum aileden başlar. Aile toplumun küçük bir sosyal hayat gibidir. İlk eğitim ailede başlar. Çocuklar toplumda nasıl davranacaklarını, doğruları yanlışları ilk olarak ailesinde öğrenir. Bu yüzden ebeveynlere çok önemli işler düşmektedir.

Her insan farklıdır çünkü her insanın ailesi farklıdır: etnik, ırk, dil ve karakter. Mesela her Tömer’in öğrencisi kültür, karakter ve yetenekleri bakımından faklıdır. Onlar farklı aileden ve farklı ülkeden gelmiştir. Onlar farklı aileden yeni bir hayata gidiyorlar. Onlar burada hep beraber yeni bir toplum olacaklar. Ama karıştırmayın! Her sosyal hayatın toplumsal sözleşmesi ve anlaşması var. Onun ismine sosyal sistem diye biliriz. Bu sınıf da aile ve toplumu anlatmak için çok uygun.

Sosyolojide aile hakkında bir çalışma var yani Aile Sosyolojisi. Sosyolojiye göre etkileşim ve bağlantı çalışmak için küçük sosyal kurum gibi bir aile. Bir toplum sisteminde ailede vardır. Baba ve anne lider olacak ve çocuklarda halk olacak gibi. Buda gösteriyor ki sosyal hayatıda ailenin rolü çok önemli. Bir toplum barış istiyorsa bu aileden başlar.

Saturday, February 08, 2014

Surat Biasa untuk Andre Sutantyo

Kawan Andre yang baik....

Sejak mendengar tekadmu untuk ikut bursa calon legislatif (caleg) DPRD Salatiga tahun 2014, sejujurnya saya terperangah dan tercengang. Yang terpikir hanya satu: kamu benar-benar akan melewati lorong yang penuh intrik. Karena hingga sekarang saya menyaksikan sendiri bahwa jalan politik, di negeri tercinta ini, adalah lorong penuh jebakan dan banyak “main-main”-nya. Sedikit sekali yang murni datang dari hati nurani untuk memikirkan nasib mereka yang diwakili; sangat sedikit pula yang menjadikan politik sebagai seni mengelola “power” untuk memperkuat civil dan society. Tapi dalam praktiknya politik justru menegasikan “power” untuk menindas, menipu dan melemahkan rakyat itu sendiri. Atau tak jarang pula—lewat cara permainan itu—membuat rakyat chaos dan tidak tenang, dan selanjutnya mereka terbiasa berpesta di atas derita bangsanya sendiri. Tentu, itu sebentuk kejahatan struktual, bukan?