Ziarah ke Museum of Innocence

Kemal menemukan kebahagian mencintai seorang Füsun dengan segenap warna dan misteri.

Saat itu ibuku menangis

Buat kakakku Hermanto Junaidi yang sedang damai bersemayam di bawah pohon ketapang, tempat aku selalu menjengukmu, saat pulang, atau saat pergi sekalipun.

Indeks Perdamaian Kota Itu Perlu

By measuring the state of peace, we can further our understanding of the social, political and economic factors that help develop more peaceful environments

Tentang Ingatan dan Ideologi

The struggle of man against power is the struggle of memory against forgetting” — Milan Kundera (The Book of Laughter and Forgetting).

A Journey: from Border to Border

Midyat is one of a must visited historical places in Mardin beside Old Mardin. Overall this city is cited as paths of the early civilizations named Mesopotamia or far before it—if we talked about Christianity and Jews history as well for its strategic location with rocky hill and plain near the Tigris River.

Sunday, October 27, 2013

Untuk Sumpah Pemuda

Waktu itu, suara mereka bergetar dari relung jiwa dan aorta yang terkepal; sumpah para pemuda dan pemudi yang ingin menyongsong masa depan bangsa dan negaranya bersatu-damai-tenteram dalam kebersamaan dan keberagaman; pemuda dan pemudi yang siap jadi tiang negara. Lihat bagaimana proses mereka sebelum mengumandangkan sumpah, mari cermati bagaimana, di saat sikap kesukuan sangat dominan, mereka terpanggil memahatkan sebuah janji kebersamaan di bawah suatu nama negara yang belum lahir. 

Tapi ruh suara mereka dari waktu ke waktu makin terdengar sumbang, ditekan pelan pada ruang-ruang pengap sebelum dikuburkan, dibiarkan menguap dibubul asap dari sana-sini, tak dihidupkan sebagai sebuah benang merah sejarah, selain hanya sebentuk seremonial-artifisial. Ya, seremonial tanpa penanaman nilai yang berkelanjutan--dan akhirnya sejarah besar sebagai tonggak kebhennikaan ini pun rapuh. 

Saat ini, kami tahu ada Sumpah Pemuda, tapi jangan tanya tentang nilai-nilai praktis yang dikandungnya, atau yang mesti dilakukannya. Selanjutnya, maafkan jika kami harus benar-benar mengingat Sumpah Pemuda hanya karena angka di kalender menunjuk 28 Oktober!

Thursday, October 24, 2013

Monday, October 21, 2013

Duh, Rasa Sayange!


Menjelang Hari Batik Nasional, 2 Oktober 2013 kemarın, saya mendapatkan sebuah hadiah yang secara spontan memaksa saya untuk segera terbangun dan menerawang tentang anggitan nasionalisme yang terkandung dalam hayat. Kejadian itu di akhir September, pada sebuah kelas internasional di mana saya bersama mahasiswa dari berbagai negara sedang belajar di kelas persiapan bahasa Turki di sebuah universitas swasta di kota Konya, Turkey.

Hari pertama akan menjadi wahana perkenalan bagi semua mahasiswa asing yang sedang berkumpul dalam satu kelas. Seperti yang diminta dosen, kami memperkenalkan nama, asal negara, tokoh kebanggaan dari negara masing-masing, termasuk lagu kebanggaan: boleh lagu kebangsaan ataupun lagu-lagu lain yang spesial bagi kami. Saya menyebut Soekarno sebagai tokoh kebanggaan dan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebanggaanç Begitu juga yang dilakukan oleh mayoritas mahasiswa yang berjumlah sekitar 25 orang. Mısalnya dari Afrika banyak menyebut nama Nelson Mandela sebagai tokoh kebanggaan mereka.

İlk Türkçe Kompozisyonum

Endonezya’dan beş arkadaşım ile geldim. Bir kız ve dört erkek var. Onlar farklı bölümlerden aynı üniversite’de yani Selçuk Üniversitesinde okuyorlar. Benim bölümüm Sosyoloji, sosyal bilimler seviyorum liseden beri. Benım araştırmam azınlık, barış sorunları, toplumsal değişim ve barış sağlayıcı. Genellikle barış süreçlerinin sorunları ve çözüm yollarını araştırmak istiyorum. Mümkünse Kürt toplumu hakkında araştıracağım. Türkiye’yi seçiyorum çünkü başkanı Erdoğan altında hükümetin geçiş çok görünür ve zorlu. Şimdi burada Kürt hakkındaki bilgiler Kürt arkadaşlarımdan toplamak istiyorum. Onlardan biri Berivan Koç, benim ılk Kürt arkadaşım. Hem de her zaman sosyal söylemler hakkında gazete ve kitaplar okurum ve bir gün makale ve hikaye yazarım.

Konya’da mutluyum çünkü burası sakin ve sessiz. Kolayca arkadaşlar yaparım. Sınıfta şanslıyım çünkü gerçekten iyi arkadaşlarım ki çok hızlı Türkce öğreniyorum. Oda’da benim Türkçe hocam. O ıyı Türkçe ve Inglizce biliyor. Onun adı Emre ve onun kuzeni. 

Bu bayram ben Türkçe çalıştımı çünkü tek başıma her şey yaparım. Bu bayramda Endonezyalı arkadaşlarım ile Sille’ye gittim. Daha önce sate, soto, rendang, sambal terasi, gulaı kambıng, tengkleng gibi Endonezya yemekleri pişirdik.

Friday, October 18, 2013

Lobang Sekularisme

Malam ını, Jumat 18 Oktober 2013, tepat sehari sebelum menginjakkan kaki di Turki satu bulan silam, saya terantuk pada sebuah peristiwa yang baru saja terjadi: kami, sebagian dari teman-teman PPI Konya—yang berjumlah sekitar 13 orang—diminta untuk menghadiri undangan orang Turki yang rumahnya, sebentuk flat sederhana di daerah Meram, disewa oleh teman-teman pelajar Indonesia. Orang Turki ini termasuk sangat dekat dengan pelajar Indonesia di Konya. Bahkan, konon, orang ini berharap flat miliknya berlantai tiga itu dipakai oleh anak-anak Indonesia semua....

Pak Faiz, mahasiswa doktoral dan sekaligus sosok yang dituakan dan mengayomi kami, menelpon saya yang tinggal di sebuah asrama di ujung, tepatnya di luar keramaian kota Konya. Beliau menanyakan kesiapan saya dan dua teman untuk menghadiri undangan. Setelah saya komunikasikan—karena bertepatan malam ini juga ada janjian untuk jemput teman yang sedang liburan ke Kayseri—akhirnya kami bertiga menyanggupi untuk ikut bersama rombangan yang lain. Meeting point-nya di rumah Pak Faiz. Maghrib kami tiba, shalat berjamaah, lalu bagi-bagi juz Al-Qur’an untuk kami baca.

Deg! Saya terkesima saat itu. Untuk menutupinya, saya segera pinjam Al-Qur’an di lantai 3. Saya mulai menerka, peristiwa ini akan menarik dicermati.

                                                                   ###

Sunday, October 13, 2013

Dua SMS dari Dosen

Sekitar tanggal 22 Agustus 2013, selepas urusan visa untuk studi di Turki selesai, di suatu sore yang sembab—karena udara dan hawa kota Jakarta—saya duduk di serambi masjid sehabis shalat ashar untuk menunggu keberangkatan kereta menuju Yogyakarta. Saat itu, saya menabur pandang ke separuh langit dari sela-sela atap masjid di seberang stasiun Senen. Di tengah keberingasan raung kendaraan kota, saya merenungi masa silamku, khususnya saat-saat kuliah S1 di UIN Sunan Kalijaga. Masa-masa itu menjadi semacam durasi yang penuh emosi dalam hidup saya, penuh dengan perjuangan dan pemberontakan. Saya merasakan itu semua sebagai bagian dari hidup yang tak akan pernah saya lupakan. Masa-sama itu harus saya tutup dalam memori yang seindah mungkin, sebaik mungkin—tak melukai siapa pun!

Tiba-tiba terbersit dalam pikiran bahwa saya harus berpamitan kepada guru (dosen) di univeristas. Saya pamit baik-baik bahwa mungkin saya tidak sempat bertemu dengan mereka dan mengucapkan terima kasih atas ilmu dan hikmahnya selama saya ada di meja S1 selama kurang lebih 5 tahun lebih. Saya kirimkan pesan singkat itu kepada semua dosen yang pernah mengajar saya. Sejujurnya, saya sangat terharu dengan apa yang saya lakukan itu. Tidak spesial sebenarnya, tapi saya anggap sebagai kewajiban saya untuk minta doa dan spirit dari mereka. Saya tidak peduli dibalas atau tidak.


Monday, October 07, 2013

Konya’da İlk Hasta

It’s not so good for me at all, or actually it’s so damn ashamed, when I am so brave to take the risk during the weird weather by trying or maybe arrogantly like testing the “other weather” out of my life, in Indonesia as tropical country, by wearing a slight T-Shirt just like I used do in my country. Here in Turkey I feel anything is different all about weather. I am enforced to take a breath of a cold air, very cold air! Actually it’s not my first winter I have ever experienced. I was in short visit to Aussie during the winter time in 2011. But here I will stay longer, not just a short time like I did before. So what I’ve done here with “testing the weather” was something silly and my friend, Asrul, will totally laugh at me since he knows I am in bed rest for several days. My body is like trampled by this gigantic experience of weather.

So, I have to submit all doctor's saying about my conditionö with this new-look-like sedative tablet: Benical cold, Rastel 25mg and also Androrex. Yup, it’s my first ill here, like an allergy for cold, suffering throat (boğaz hastası) then getting headache and cough! October 6, 2013. I must go to doctor and fix all things. I am fortunate to have awesome friends from Indonesia: Asrul, Agung and Ghalib. The last one can speak Turkish and helps us a lot. I went to university hospital then unfortunately the pharmacy is not inside. We should bring the recipe outside and buy my medicine from there. It’s something wondering for me when I know that it could not provide medicine.

But everything I enjoy, even this ill! By now I won’t play a game. I don’t wanna pay for something I made wrongdoing like this, 17 TL! Simply crazy!

Friday, October 04, 2013

Epuh Epuh Epuh

Ibu, setiap waktu aku selalu ingin menyapamu, mendengarkan suaramu dan doa-doa yang menguatkan. Doa Ibu telah menciptakan ruas-ruas pengalaman yang kuajalani bersama hari-hari. Apa yang kuhadapi hari ini adalah doa-doa ibu yang tak pernah padam. Ibu adalah harta satu-satunya yang tersisa untukku. 

Ibu, malam ini seperti hari-hari lalu aku selalu merinduimu lebih dari segala sesuatu. Semoga Ibu sehat selalu, seperti keyakinanku kepada doa-doa Ibu, tanpa batas ruang dan waktu, mengalir dalam deras daraku. Setiap saat, aku ingin memelukmu dan meyakinkan bahwa anakmu ini sehat-sehat selalu di sini, di kota tua bekas kerajaan Bani Seljuk yang mulai dikunjungi musim dingin, musim yang aneh yang selalu Ibu khawatirkan. Ibu, anakmu sudah belajar untuk bertahan dalam kondisi apapun sejak awal kali Ibu melepasku belajar dan berpetualang di Yogyakarta. Di sini pun sama, anakmu telah memerangi dingin dalam temperatur 2-10 C setiap hari. Dan aku tidak tahu, sebentar lagi musim dingin akan seperti 

Aku yakin Ibu pasti merasakan tubuh anakmu yang tergigil dingin, seperti selalu Ibu ceritakan tentang sakit yang mendera anak-anakmu hanya dengan menandai rasa nyeri di payudara kirimu, tempat aku dan anak-anakmu yang lain mengisap darahmu: ASI.

Ibu, terima kasih atas doa yang selalu menguatkan. Semua baik-baik di sini, anakmu hanya belum akrab dengan dingin yang aneh ini.