Ziarah ke Museum of Innocence

Kemal menemukan kebahagian mencintai seorang Füsun dengan segenap warna dan misteri.

Saat itu ibuku menangis

Buat kakakku Hermanto Junaidi yang sedang damai bersemayam di bawah pohon ketapang, tempat aku selalu menjengukmu, saat pulang, atau saat pergi sekalipun.

Indeks Perdamaian Kota Itu Perlu

By measuring the state of peace, we can further our understanding of the social, political and economic factors that help develop more peaceful environments

Tentang Ingatan dan Ideologi

The struggle of man against power is the struggle of memory against forgetting” — Milan Kundera (The Book of Laughter and Forgetting).

A Journey: from Border to Border

Midyat is one of a must visited historical places in Mardin beside Old Mardin. Overall this city is cited as paths of the early civilizations named Mesopotamia or far before it—if we talked about Christianity and Jews history as well for its strategic location with rocky hill and plain near the Tigris River.

Sunday, October 26, 2008

Kota Suci yang Bergolak

Judul       : Jerusalem, Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir 
Penulis    : Trias Kuncahyono 
Penerbit  : Kompas, Jakarta 
Cetakan  : Pertama, 2008 
Tebal      : 315 halaman 

Versi cetak resensi ini dimuat di Suara Merdeka, 26 Oktober 2008

”Kami bepergian seperti orang lain, tetapi kami tidak tahu ke mana harus pulang (hal 103).”

personal doc
LARIK puisi tersebut ditulis oleh penyair terkemuka Palestina, Mahmoud Darwish. Ia merekam rentetan peristiwa yang terlipat di Jerusalem, tanah kelahirannya sendiri, dengan hati sunyi dan mencekam. Sekarang, hidup bagi bangsa Arab terutama di daerah itu seperti tinggal di ruang mati, terjal, dan penuh kegetiran akibat serangkaian konflik dan tragedi yang hingga kini terus bergolak. Sajak itu mewakili kisah nyata yang terjadi pada bangsanya sejak 30 tahun terakhir. Tak ada yang bisa memastikan kapan kerunyaman di kota yang hingga kini menjadi rebutan tiga agama besar, yaitu Kristen, Yahudi, dan Islam, itu berakhir.

Saturday, July 12, 2008

Si Juliet dari Daratan Tibet

Sejauh ini, kisah cinta yang kita kenal dalam sejarah sastra dunia, khususnya dalam karya novel, adalah Layla Majnun, Romeo Julet dan Magdalena. Ketiga novel ini telah merambahi sudut-sudut nurani pembaca dan menggugah kemanusiaan universal. Komposisi yang bersumber dari percikan cinta yang menjadi ruh dalam novel-novel tersebut mempunyai setting dengan unsur peradaban dan kebudayaannya masing-masing. Kekuatan cinta yang datang dari perbedaan waktu dan sigmen kehidupan telah menjadi lanskap unik yang menyempurnakan kekayaan hidup manusia. 


Itulah cinta—penaka lautan yang tak pernah usai diselami—menyimpan berjuta mutiara, ikan-ikan dan batu karang yang tegar. Cinta adalah fitrah manusia yang menyertai kehidupan. Kehidupan seharusnya bersanding dengan cinta dan segala pernak-perniknya yang selalu meminta untuk dinikmati. Inilah ruh cinta yang akan menyemai hidup kita menjadi bestari.  

Wednesday, February 06, 2008

Suspens di Balik Kepingan Salju

Versi lain dari tulisan ini ada di Ruang Baca Koran Tempo
 
Taken from Serambi (2008)
Peraih Hadiah Nobel Sastra 2006, Ferit Orhan Pamuk, kembali meramu gagasan besar tentang peradaban Barat dan Timur yang berakar di Turki dengan karakter yang khas dalam novel Snow, di Balik Keheningan Salju. Ia merajut pertemuan Timur (Islam) dan Barat (Kristen) yang telah menciptakan kekeruhan di Turki, khususnya di awal abad ke-20, ketika Dinasti Ottoman mengalami kehancuran dan sekaligus menjadi titik tolak munculnya Turki modern di bawah kawalan Musthafa Kemal Attaturk.

Komposisi Snow terasa ringan dan segar, namun tetap penuh intrik dengan lilitan elemen thriller yang sengaja diciptakan “penuh pertanyaan”, yang bermuara ke persoalan serius tentang aliran, falsafah hidup, ideologi negara, peradaban, dan agama. Hal-hal ini mengingatkan kita kepada novel yang jauh lebih fantastik, yaitu My Name is Red, yang telah memikat audiens internasional.


Imlek, Soeharto dan Etnis Tionghoa

Versi cetak dari artikel ini dimuat di Bisnis Indonesia [Rabu, 06/02/2008]

Perayaan Tahun Baru Imlek sebentar lagi akan diperingati, tepat pada 7 Februari 2008, atau Gong Xi Fa Cai 2559. Dalam peringatan kali ini Imlek dituntut mempunyai wahana penghayatan yang berbeda dari sekadar ritual tahunan seperti yang terjadi selama ini.