Ziarah ke Museum of Innocence

Kemal menemukan kebahagian mencintai seorang Füsun dengan segenap warna dan misteri.

Saat itu ibuku menangis

Buat kakakku Hermanto Junaidi yang sedang damai bersemayam di bawah pohon ketapang, tempat aku selalu menjengukmu, saat pulang, atau saat pergi sekalipun.

Indeks Perdamaian Kota Itu Perlu

By measuring the state of peace, we can further our understanding of the social, political and economic factors that help develop more peaceful environments

Tentang Ingatan dan Ideologi

The struggle of man against power is the struggle of memory against forgetting” — Milan Kundera (The Book of Laughter and Forgetting).

A Journey: from Border to Border

Midyat is one of a must visited historical places in Mardin beside Old Mardin. Overall this city is cited as paths of the early civilizations named Mesopotamia or far before it—if we talked about Christianity and Jews history as well for its strategic location with rocky hill and plain near the Tigris River.

Tuesday, December 04, 2007

Peran Sosial Keluarga

Tidak banyak orang tahu bahwa setiap tanggal 29 Juni diperingati Hari Keluarga Nasional. Di tengah kesibukan dan tuntutan dunia kerja yang memorsir sangat banyak waktu, entitas keluarga tak jarang selalu dilalaikan oleh kepala keluarga dengan alasan kesibukan kerja dan semacamnya. Sekarang kita perlu menggarisbawahi ulang bahwa keluarga adalah satuan kecil yang membentuk pola interaksi sosial sekitar; ia sangat perlu diperbincangkan ulang sebagai kontriutor terkecil terbentuknya sistem sosial masyarakat sekitar. Oleh karena itu, peran sosial keluarga sangat penting diangkat kembali untuk melihat seberapa jauh kita mengelola dan memanfaatkan modal sosial dalam lingkaran internal kehidupan sehari-hari kita.

Kenyataan yang kita dapatkan sejauh ini adalah bahwa sistem kehidupan sosial menuntut intensitas di ruang-ruang publik, sehingga kesibukan demi kesibukan di luar rumah menjadi ritual wajib yang menempatkan keluarga sebagai second place. Coba hitung, khususnya jika Anda hidup di kota-kota megapolitan seperti Jakarta, berapa lama waktu Anda terbuang di jalanan? Misalnya kita berangkat kerja pukul 5 pagi, karena antisipasi ancaman kemacetan di jalan raya, lalu pulang kantor pukul 8-9 malam, kapan Anda punya waktu untuk sekedar bercengkrama dengan keluarga? Jadi tidak ganjil jika ada cerita bahwa seorang anak, usia SD ataupun SMP tidak pernah bertemu Bapaknya dalam porsi ideal selain pas weekend dan hari libur. Di tengah pola perkembangan tata ruang kota dan praktik ideologi ekonomi yang sama, bukan tidak mungkin realita kehidupan kota-kota besar seperti Jakarta juga akan berpindah di kota-kota lain yang mulai bangkit.


Di tengah sengkurat tuntutan karir dan pekerjaan yang meningkat dan kecenderungan ibu rumah tangga mulai meniti karir di luar rumah sebagai wanita karir, posisi keluarga pelan-pelan mulai dilupakan perannya. Anak-anak kita lalu cukup diserahkan kepada para pembantu. Mungkin hanya weekend yang menjadi waktu untuk menyatukan kebersamaan atasnama keluarga. Selain itu, keluarga dan rumah cuma manjadi tempat menginap untuk sesuatu yang lain di luar sana. Di situlah paradoks manusia-manusia modern dewasa ini. Padahal pembentukan emosi, karakter dan agama dimulai dari interaksi dalam internal keluarga. Bahkan dalam masyarakat sekuler seperti Swedia, peran keluarga sangat menentukan pembentukan pendidikan religiositas anak (Borgatta . 2000: 936).


Dalam sosiologi keluarga, entitas keluarga dipahami sebagai jenis kelompok sosial terkecil yang saling berhubungan. Tindakan-tindakan dan pola-laku interaksi dalam keluarga akan mempengaruhi bagian-bagian entitas lainnya. Misalnya, jika anak kurang mendapatkan perhatian atau bahkan mengalami kekerasan di rumah, mereka riskan memraktekkan pola didikan tersebut di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan bermain mereka. Begitulah sistem rantai tindakan sosial yang akan terjadi.

 Maka dari itu, peran personal dalam keluarga menjadi sentral dan magnit yang bisa membentuk interaksi sosial pada akhirnya. Peran ayah, ibu dan anak, sebagai satu keluarga kecil, adalah modalitas sosial yang secara konsisten bisa dibentuk sebagai kekuatan. Bourdieu melihat bahwa peran dan eksistensi bapak, ibu dan anak dalam keluarga disebut sebagai relasi bio-politik yang  bisa membentuk institusi terkecil. Di sinilah peran penting sebuah keluarga dalam membangun kekuatan intra-personal sebelum kemudian menjadi bagian dalam  interaksi sosial yang lebih luas.


Karena eksistensi personal dalam keluarga akan membentuk struktur tindakan sosial, atau bahkan fakta sosial, yang bisa diamati dalam perspektif yang lebih mudah, atau bisa diamati dari analisis teori-teori mainstream ilmu sosial. Namun begitu, aspek-aspek lebih kecil yaitu arti subjektif, seperti dipernenalkan oleh Max Weber (1864-1920), disebut sebagai “atom” dalam tindakan yang harus dipahami secara proporsional tentang peran sosial keluarga.


Arti tindakan subjektif dalam keluarga adalah konstruksi membangun image dan identitas komunal baik dalam internal ataupun eksternal. Setiap individu dalam keluarga akan mengalami dualisme sebagai diri objek (object self) dan sekaligus diri yang bertindak (acting self) dan mengartikulasikan tindakannya berdasarkan pengalaman dan pengetahuan dengan cara berbeda-beda. Peran sentral kepala keluarga sangat menentukan di sini sebagai sosok yang bisa menjaga keseimbangan dalam bahtera rumah tangga.


Untuk itu, peran sosial keluarga harus dipahami sebagai relasi bio-politik lingkaran kecil yang sudah membentuk karakteristik. Orang tua ataupun kepala keluarga tidak boleh menutupi potensi dan peranan anggota keluarga karena mereka dengan sendirinya menjadi kesatuan modal sosial yang nantinya akan mengambil bagian penting dalam perubahan sosial di sekitarnya. Keluarga harus dilatih sebagai miniatur masyarakat di mana komunikasi deliberatif ataupun relasi terbuka harus menjadi konsensus bersama dalam keluarga.


Keluarga yang bisa memahami dan memanfaatkan lingkaran kecil mereka sebagai basis kekuatan untuk sebuah gerakan ataupun perubahan sosial akan banyak berkontribusi dalam proses rekayasa sosial (social engineering) di masyarakat. Karena dalam konteks kajian ilmu sosial, institusi keluarga dianggap sebagai kategori sosial paling natural (the most natural of social categories), di mana fungsi, habitus, prinsip konstruksi ataupun skema klasifikasi sangat terbatas dan bisa dikenali secara gampang. Dari situ kemudian keluarga akan menjadi titik awal dalam reproduksi sosial (the site of social reproduction) karena ia merupakan kondisi sosial yang pasti dan legitimate.


Untuk mendukung peran dan fungsi sosial keluarga, dibutuhkan kondisi keluagra yang settle di mana dinamika dan relasi dalam internal keluarga terbangun kuat, dan peran subjektif bisa muncul. Dengan kata lain, keluarga yang bisa membentuk peran sosial sebagai social engineering adalah mereka yang tidak mengalami broken home ataupun interpersonal disorder dalam keluarga itu sendiri. Dalam situasi seperti itu, dalam bahasa Bourdieu (1996), keluarga akan menjadi kekuatan sebagai legitimasi privilege instituted menuju universal norms.

Thursday, October 18, 2007

Al Gore dan Nobel Perdamaian

Versi cetak tulisan ini di Media Indonesia, Kamis, 18 Oktober 2007 

TERHITUNG sejak 1901, terdapat ritual tahunan penganugerahan hadiah Nobel untuk perdamaian yang terus mengalir hingga sekarang. Anugerah itu diberikan sebagai penghargaan atas jasa para ilmuwan/tokoh bagi kemanusiaan. Penghargaan itu diberikan setiap 12 Oktober.

Tidak seperti penghargaan Nobel untuk bidang lain, Nobel Perdamaian merupakan entitas yang paling progresif untuk diikuti perkembangannya, khususnya tahun ini. Karena, posisinya berkaitan erat dengan persoalan kemanusiaan universal dan mempunyai sisi yang signifikan bagi kesinambungan kehidupan manusia yang merindukan kedamaian di muka bumi.

Tuesday, October 09, 2007

Sekilas Guzzainal

Oleh Salman Rusydie, dikliping dari: sini



Bagi sebagian masyarakat Jogja, nama Zainal Arifin Thaha barangkali bukanlah sosok yang asing. Beliau adalah pribadi yang dekat dengan siapa saja, baik kalangan mahasiswa, tokoh organisasi, tokoh agama, sastrawan, para penulis dan tentu saja masyarakat pada umumnya. Mungkin karena kedekatannya dengan berbagai elemen itulah pada akhirnya Zainal Arifin Thaha juga dikenal sebagai sosok yang memiliki multiaktivitas seperti halnya akademisi, sastrawan, penulis buku, muballigh dan juga dosen. Dari sekian banyak aktivitas yang ia jalankan, ada beberapa peninggalan yang masih bisa kita lihat setelah kepergiannya tujuh tahun yang silam, antara lain berupa karya buku dan juga rintisan pesantren mahasiswa Hasyim Asy’arie.

Wednesday, July 04, 2007

Eksotime Cinta Istana Bunga Sakura

Kehidupan mewah di balik gelimang harta yang melimbah dalam Istana tidak selamanya mujur bagi sang putri bangsawan di jaman kekaisaran Jepang klasik. Pada masa itu sangat tampak diskriminasi antara laki-laki dan perempuan, khususnya putri bangsawan. Kehidupan putri bangsawan hanya di sekitar istana. Kehidupan mereka dipenuhi kegiatan artistik yang menjemukan: menulis puisi, bermain musik dengan instrument sejenis zither yang disebut koto, semacam kecapi berkotak bunyi dangkal dengan 30 sampai 40 senar yang diletakkan di depan pemainya, serta memakai kimono yang berlapis-lapis dengan warna yang sempurna.

Semua kegiatan itu sejatinya dimaksudkan untuk menarik perhatian dari para pemuda yang mempunyai kedudukan sederajat dengan para putri itu. Pada zaman Heian Kyo, sekitar tahun 1100, semua kehidupan Jepang diwarnai dengan konflik rasial yang tinggi. Perbedaan antara klan bangsawan dengan klan biasa sangat jau berbeda dalam realitas sosialnya. Kaum bangsawan Heian Kyo menganggap diri mereka orang baik dibanding klan lainnya yang hidup pada masa itu.

Saturday, May 19, 2007

FUNGSI DAKWAH DAN DUKUNGAN MASYARAKAT: Menyingkap Fenomena Penyair Muda Madura

Esai oleh Beni Setia dimuat di Suara Karya Sabtu, 19 Mei 2007

from Suara Karya
Tulisan S Yoga, "Geliat Penyair Muda Madura" [ lihat: SK, 7/4. 2007], mengapungkan sebuah tanya dan satu pseudo jawaban. Pertanyaan itu adalah, dari empat kabupaten di Madura, Bangkalan, Sampang, Sumenep dan Pamekasan, kenapa hanya Sumenep yang banyak melahirkan penyair?


S Yoga mensinyalir stimulus tidak langsung dari tradisi intelektual mengkaji kandungan Qur'an di satu sisi, dan kebiasaan tilawatil Qur"an yang mirip seni baca puisi dan kebiasaan barzanji di pesantren pada kelahiran penyair - yang dianggapnya sejajar dengan tradisi macapat pada masyarakat pedesaan lainnnya. Secara spesipik S Yoga menyinggung eksistensi dan sumbangsih dari Ponpes Al Amin di Prenduan dan Annuqayah di Guluk-Guluk. Tetapi siapa penyair Madura yang di-bangkitkan oleh tradisi sastra klasik Jawa macapat?

Wednesday, May 09, 2007

Tradisi Tulis-Menulis yang Kian Rapuh

Oleh Matroni el Moezany, ini dikliping dari sini

Kutub adalah sebuah wadak sekaligus tempat yang ada dibawah naungan Pondok Pesantren Hasyim Asy’arie yang diasuh oleh seorang budayawan K.H. Zainal Arifin Thaha (alm) sekarang di asuh oleh istrinya Maya Feri Oktavia (Bunda Maya). Santrinya datang dari berbagai daerah seperti Jawa, Sumatra, Madura, dan Bali mereka (santri) di samping belajar kitab kuning (ngaji), mereka juga belajar menulis. Baik menulis opini, esai, puisi, cerpen, resensi, jurnalistik ada juga yang sudah menerbitkan buku.

Tuesday, May 08, 2007

Mengenang Gus Zainal Arifin Thoha

Digunting dari sini 

“SEORANG filsuf Yunani pernah berkata bahwa nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tetapi mati muda, dan tersial adalah umur tua. Bahagialah mereka yang mati muda,” tulis Shoe Hok Gie dalam Catatan Seorang Demonstran. Ungkapan Gie ini kiranya tepat untuk mengenangkan Gus Zainal Arifin Thoha yang meninggal di usia yang relatif muda, 35 tahun.

Saturday, April 21, 2007

Berkesenian yang Melebur Semesta

This book review was published at Kompas newspaper on April 22, 2007.

Hadiah Nobel Sastra tahun 2006, yang dianugerahkan kepada Ferit Orhan Pamuk, penulis kelahiran Istanbul, Turki, 7 Juni 1952, menemukan posisi yang unik dan potensial untuk ditelisik.

Seperti diakui banyak pengamat sastra dunia sekaligus panitia penganugerahan Nobel Sastra Norwegia, bahwa yang menjadi latar belakang Pamuk menerima hadiah paling bergengsi di dunia kesusastraan dunia itu adalah karena keberaniannya melebur nilai-nilai dan karakteristik Barat dan Timur dan disajikan secara memukau lewat novel-novelnya.

Saturday, April 07, 2007

Geliat Penyair Muda Madura

Esai S.Yoga digunting dari Suara Karya edisi 7 April 2007

From Suara Karya
Madura selain terkenal sebagai pulau garam dan tembakau ternyata menyimpan banyak potensi, di antaranya dunia kepenyairan, sastrawan. Ini bisa kita lihat dari beberapa nama yang sudah malang melintang di dunia kepenyairan, sebut saja D Zawami Imron, Abdul Hadi WM, yang lebih muda lagi Jamal D Rahman, Ahmad Nurulah, Syaf Anton WR dan Hidayat Raharja.

Sunday, February 04, 2007

Kritik (Sastra) Pembuka Tahun

Versi cetak tulisan ini dimuat Lampung Post, Minggu, 4 Februari 2007

DISKURSUS seputar kritik dan apresiasi karya sastra tak akan ada habisnya selama pencarian kreativitas-imajinatif masih, meminjam istilah Arif B. Prasetyo, konsisten dengan pencarian pembaruan (concern with newness). Dalam perjalanan khazanah kesusastraan, dinamika karya sastra dan kritiknya adalah sebuah keniscayaan. Keduanya seperti dua mata uang yang saling membentuk (atau menciptakan) dan "merekonstruksi" sebuah kekuatan yang terkandung sebagai kekayaan atas keduanya.