Ziarah ke Museum of Innocence

Kemal menemukan kebahagian mencintai seorang Füsun dengan segenap warna dan misteri.

Saat itu ibuku menangis

Buat kakakku Hermanto Junaidi yang sedang damai bersemayam di bawah pohon ketapang, tempat aku selalu menjengukmu, saat pulang, atau saat pergi sekalipun.

Indeks Perdamaian Kota Itu Perlu

By measuring the state of peace, we can further our understanding of the social, political and economic factors that help develop more peaceful environments

Tentang Ingatan dan Ideologi

The struggle of man against power is the struggle of memory against forgetting” — Milan Kundera (The Book of Laughter and Forgetting).

A Journey: from Border to Border

Midyat is one of a must visited historical places in Mardin beside Old Mardin. Overall this city is cited as paths of the early civilizations named Mesopotamia or far before it—if we talked about Christianity and Jews history as well for its strategic location with rocky hill and plain near the Tigris River.

Wednesday, March 17, 2010

Seranai Waktu

—byan

ini tentang memulai sebuah perjalanan
jalan yang menikum dari masing-masing kita
arah serupa sebuah kastil di sebuah bukit curam
atau mungkin lautan yang menunggu kapan saja
kita pulang

kita memang tidak pernah tahu, bukan
tentang seranai waktu dan ruang yang menganga
di setiap kita memulai sebuah perjalanan
tapi aku sudah memilih bersamamu
dan engkau memilih bersamaku
mengarungi arti keberadaanku
mencari makna keberadaanmu
menjadi keberadaan kita

ini tentang memulai sebuah perjalanan
tentang keyakinan untuk menutupi keraguan
sebuah permainan yang dimulai masing-masing
dan memaknainya dalam saku celana kita
dengan aroma nafas yang terhirup di sebuah pagi
saat embun akan memulai mengering
di tangan kita masing-masing

Ini tentang memulai sebuah perjalanan
yang tertinggal di belakang
adalah seiris mata pisau
sesekali akan menikam kita

Papringan, Februari 2010

Wednesday, March 10, 2010

Gus Zainal dan Revitalisasi Kaum Santri

(Catatan Satu Tahun Kematian KH Zainal Arifin Thaha)

Tulisan ini digunting dari blog Fatkhul Anas,seorang sahabat seperjuangan saya di bawah asuhan Gus Zainal.


14 Maret 2007 jagad Yogyakarta kehilangan seorang cendekiawan dan budayawan muda kharismatik. Dialah KH Zainal Arifin Thaha, cendekiawan kelahiran kediri, 5 Agustus 1972. Dalam usianya yang ke-35 KH Zainal Arifin Thaha mangkat menuju kehadirat Ilahi dengan meninggalkan istri tercinta, 5 orang putra serta para santri Pondok Pesantren Mahasiswa (PPM) Hasyim Asy’ari. Gus Zainal panggilan akrab bagi KH Zainal Arifih Thaha, adalah sosok manusia istimewa. Beliau selain dikenal sebagai cendekiawan juga merangkum budayawan, penyair, dosen, seniman, bahkan Kyai. Disinilah kepribadian yang luar biasa terangkum dalam diri Gus Zainal. Hanya saja belum sempat melanjutkan cita-cita luhurnya, beliau harus pulang kehadiran Ilahi dalam usia muda.