Tuesday, October 14, 2014
Sepak Terjang Teroris DHKP-C di Turki
(catatan singkat dan seadanya)
Front-Partai
Pembebasan Rakyat Revolusioner (DHKP-C)
adalah organiasi gerakan yang bertanggung jawab atas aksi penyanderaan seorang
hakim bernama Mehmet Selim Kiraz (31/3/2015), di gedung Pengadilan Çağlayan di
Istanbul. Drama penyanderaan tersebut berakhir pada sekitar pukul 21.00 waktu
setempat. Dua penyandera Şafak
Yayla (23) dan Bahtiyar Doğruyol (27) akhirnya ditembak mati. Sementara jaksa
Kiraz meninggal di rumah sakit karena mederita lima luka parah bekas tembakan
di tubuhnya.
Seperti disampaikan dalam konferensi pers oleh Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoğlu (31/3), pemerintah Turki
menyatakan ketegasannya melawan segala bentuk teror yang mengancam stabilitas
publik. Pemerintah meminta kepada segenap rakyat Turki untuk melawan secara
bersama-sama semua macam tindakan teror yang mengancam demokrasi di Turki.
"Kami tidak akan menoleransi siapa pun yang mengacaukan
stabilitas publik dan mengancam keamanan nasional,” tambah Davutoğlu di
sela-sela prosesi pemakaman jaksa Kiraz (1/4), di Istanbul.
Kelompok yang
terkenal dengan sebutan Devrimci Halk Kurtuluş
Partisi-Cephesi ini
mempunyai akar ideologi Marxist-Leninist dan didirikan pada tahun 1978
dengan nama Kiri Revolusioner (Devrimci Sol atau Dev. Sol). Devrimci Sol
merupakan sempalan Devrimci Yol (Jalan Revolusi), sebuah kelompok gerakan politik yang muncul ke
publik satu tahun sebelumnya. Di bawah komando Dursun Karatas, kelompok ini
resmi berubah nama menjadi DHKP-C
tahun 1994. DHKP-C dimasukkan ke dalam daftar organisasi terorisme
oleh Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Platform DHKP-C adalah
melawan segala bentuk imprealisme, khususnya yang dikendalikan oleh Amerika dan NATO. Di Turki sendiri mereka
kerap membuat serangkalian aksi dari cara-cara damai hingga tindakan teror yang
makin masif setelah tahun 2001.
Tahun 2001, DHKP-C melakukan tindakan teror dua kali di
Istanbul, yaitu pada bulan Januari yang dilancarkan kepada polisi. Pada bulan
September, mereka melakukan bom bunuh diri dan menewaskan tiga orang. Pada 24 Juli 2004, bom
bunuh diri kembali dilakukan salah satu anggota kelompok DHKP-C bernama Semiran
Polat. Kali ini mereka meledakkan diri di bus yang mengakibatkan tiga orang
meninggal dan 15 orang lainnya terluka.
Satu
tahun berikutnya, tepatnya 1 Juli 2005, anggota DHKP-C bernama Eyüp Beyaz
kembali membuat ulah. Tapi kali ini polisi dapat mencegah rencana pemboman bunuh
diri yang akan dilakukan terhadap gedung Kementerian Keadilan. Akhir Februari
2006, salah satu anggota gerakan yang terlibat dalam pembunuhan seorang
pengusaha Turki bernama Ozdemir Sabanci pada 9 Januari 1996, bernama Fehriye
Erdal ditangkap di Belgia. Tapi kabur dengan paspor palsu dan hingga hari ini
belum ditemukan. Ancaman sporadis mereka kembali terjadi pada 29 April 2009
saat Hikmet Sami Turk, seorang profesor hukum dan akademisi, hendak memberikan
kuliah di Bilkent University, Ankara. Didem Akman dan temannya Onur Yılmaz tertangkap.
Pada 11 September 2012, bom bunuh diri
kembali dilakukan oleh salah satu anggota militan DHKP-C bernama İbrahim
Çuhadar di kantor polisi di daerah Sultangazi, Istanbul. Aksi ini mengakibatkan
seorang polisi terbunuh. Tindakan bom bunuh diri kembali dilakukan oleh militan
DHKP-C bernama Ecevit Şanlı pada 1 Februari 2013. Kali ini sasarannya adalah
Kedutaan Besar Amerika di Ankara. Aksi ini membunuh seorang keamanan asal Turki
sendiri dan melukai beberapa orang lainnya.
Gerakan masif mereka terjadi pada tahun
2013. Dua serangan teror terjadi pada 19 Maret 2013, militan DHKP-C menyerang kantor
partai penguasa, yaitu Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP) dan kantor Kementerian
Keadilan. Berselang beberapa bulan berikutnya, pada tanggal 22 September 2013 dua
anggota DHKP-C menyerang kantor Markas Besar Kepolisian Turki di Ankara dengan
roket. Satu minggu berikutnya, 29 September 2013 DHKP-C kembali menebar teror dengan
aksi perkelahian gang di daerah Maltepe, Istanbul.
Awal tahun 2015 kemarin tepatnya pada 6
Januari, aksi teror kembali dilakukan. Kali ini pelakukanya adalah seorang
perempuan dengan meledakkan diri di kantor polisi daerah Sultanahmet, Istanbul.
Aksi ini menewaskan satu polisi dan dan melukai polisi lainnya. DHKP-C mengungkapkan
lewat media bahwa tindakannya kali ini adalah sebagai hukuman atas meninggalnya
Berkin Elvan.
Dalam penyelidikan otoritas kepolisian
Turki, terungkap bahwa Yayla bersaudara yaitu Şafak Yayla dan kedua kakaknya (Bulut
Yayla dan Mehmet Yayla) adalah anggota militan DHKP-C yang telah terlibat dalam
serangkaian aksi teror di Turki. Mehmet Yayla terlibat dalam aksi teror pada 19
Maret 2013 di kantor AKP Ankara dan Kementerian Keadilan, dan pada 30
Juli 2013 ditangkap polisi di lepas pantai Pulau Sakız (Yunani) dalam perjalan menuju
Istanbul dengan membawa bahan peledak. Tapi sayangnya, Yunani menolak
permintaan ekstradisi. Sementara Bulut Yayla ditangkap polisi Turki pada 31 Mei
2013 ketika hendak pergi ke Yunani secara ilegal.
Thursday, October 09, 2014
A Journey: from Border to Border
Before
these things lose and go away from my memories, I prefer to write down--as I usually do--here, a sheer piece of my huge package: learning and travelling during summer, including my first international presentation. It’s of course
one of my unforgettable experiences which taught me a lot during my
togetherness with participants from many countries.
Firstly
never do I think that I could participate this Summer School organized by ILEM
(İlmi Etüdler Derneği) in Istanbul since
I didn’t get any response toward my article’s abstract on time of the deadline
made by committee. However, to fulfill my holiday of the summertime I arranged
my travel plan into around eastern Turkey. I highlighted some city names to
visit. I kept Mardin, Diyarbakir and Batman as my route at least. If possible I
would change my plan with some more cities to visit with the same interest:
Kurdish culture and its lives.
Monday, October 06, 2014
Seni Budaya Nusantara pada 807 Tahun Usia Rumi
waiting for the falling leaves |
Namun, tak lama setelah perayaan demi perayaan untuk hari kelahirannya, bulan Desember di awal musim dingin, Rumi kembali dihantarkan menuju singgasana Ilahi. Sebuah malam pengantin di mana ia dijemput oleh Allah.