Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarkatuh
Segala puji dan syukur kita haturkan kepada Allah yang
telah menghujani kita kasih sayang, rida dan anugerah yang tak terhingga.
Salawat kita panjatkan kepada Rasulullah Muhammad atas semua perjuangan dan
pengorbanannya untuk jalan terang dan penuh hikmah umat-Nya.
Adik-adik santri yang pembelajar….
Kelulusan ini menjadi momentum penting bagi kalian,
semacam milestone untuk masa depan yang panjang nan “remang”. Saya
katakan remang karena tidak ada seorang pun yang mampu mengendalikan masa
depan; kita hanya sama-sama bertugas mempersiapkan sebaik-baiknya, menjalaninya
setulus-tulusnya. Karena “masa depan remang” itulah kalian harus mempersiapkan
suluh bagi diri kalian sendiri, langkah dan pilihan-pilihan hidup yang harus
diperjuangkan dan dipertaruhkan. Siapa yang mampu berjalan tegap dan kokoh di
tengah keremangan ruang di masa depan (dengan cahaya ketekunan dan pengorbanan
yang menyublim dalam ilmu yang bermanfaat), mereka adalah calon-calon pemimpin
yang tangguh dan penyejuk bagi agama, keluarga dan bangsa.
Adik-adik santri yang pembelajar….
Di tengah ruang remang masa depan yang sebentar lagi kalian
tapaki, ilmu dan pengalaman selama menjadi santri di Annuqayah harus terus
diperjuangkan dan dikembangkan selaras dengan minat dan jalan hidup kalian.
Sehingga masa depan kalian menjadi berwarna dengan basis dan prinsip yang kokoh
dan juga kaya.
Adik-adik santri yang pembelajar….
Dulu, ketika saya sudah mau lulus dan membayangkan
masa depan yang panjang, saya bilang pada diri saya di tengah hening doa: “Perang
sebenarnya adalah ketika lulus dari pesantren!” Baik bagi yang melanjutkan
berkuliah di luar, memilih tetap lanjut di Annuqayah atau Kembali ke
masyarakat, definisi “perang” sama-sama bisa disematkan sebagai spirit
perjuangan yang harus benar-benar dipersiapkan. Berkuliah artinya sudah siap
menjadi “maha”siswa, jenjang pendidikan bagi orang yang menuju dewasa.
Ketergantungan semakin menipis, kemandirian semakin menguat dan sekaligus
menentukan. Untuk itu, “peralatan perang” sudah harus siap, baik bagi kalian
yang lanjut studi maupun memilih mengabdi dan kembali ke tengah masyarakat.
Adik-adik santri yang pembelajar….
Saya tidak mempunyai hal yang istimewa. Saya adalah
duplikat kalian semua, sama seperti di saat kalian membaca pesan ini. Menjadi
santri, belajar di sekolah, mengaji kitab kuning, berziarah, menghapal beberapa
pelajaran, membaca buku-buku, menulis, berkompetisi ikut perlombaan,
berolahraga, bernapak tilas…. Semua ini adalah lelaku standar yang rata-rata
kalian lakukan. Tidak ada yang spesial, sekali lagi. Tetapi, sebagai santri, doa-doa
dari para kiai dan guru kita adalah keajaiban yang melampaui semua logika,
menjadi keberkahan yang tidak terumuskan. Dan kita mengharap itu selalu.
Untuk itu, adik-adik santri yang pembelajar….
Cintai dan hormati para kiai dan guru-guru kita. Doakan
dan jika memungkinkan sungkem kepada mereka satu per satu dan meminta doa
restu, lepas selubung kesombongan dan tandaskan hati nurani kalian apa adanya. Karena
selain doa dari orang tua, doa restu dan keihklasan para kiai dan guru-guru
kitalah yang menyertai sepanjang perjalanan ini.
Terakhir, asah dan miliki life skill dengan
sebaik-baiknya. Karena di tengah belantara masa depan itu, life skill
inilah yang senantiasa menopang bahkan menjadi tulang punggung.
Demikian. Salam takzim dar saya, alumni MA I Annuqayah tahun 2004. Jika sedang berada di Jogja, silakan mampir dan kita bersilaturahim.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarkatuh
Bernando J. Sujibto