Di penghujung bulan Desember 2011, saya mendapatkan kabar buruk dari seorang kolega di Jakarta. Dia berkabar lewat SMS bahwa mobilnya diberondol maling tepat satu hari setelah anaknya masuk rumah sakit karena typhus. Dua musibah seorang kolega di akhir tahun 2011 ini cukup menohok saya bukan karena kehilangan mobil, tapi karena satu pesan singgkat (SMS) yang dia tulis begini: “mobil tidak perlu diharap kembali. Sudah lapor polisi, tapi apakah polisi mau cari? Tak ada lembaga yang bisa diharap di negeri ini. Juga tak ada jaminan kita hidup aman, nyaman, dan tenteram. Negeri abal-abal!”