24
April 2014 menjadi hari penting bagi Turki setelah Perdana Menteri Recep Tayyip
Erdogan secara terbuka berbicara kepada publik internasional ihwal peristiwa yang
telah dituduhkan sebagai “genosida” yang dilakukan Ottoman terhadap bangsa
Armenia, bangsa yang sebelumnya hidup damai dan rukun di bawah kekuasaan Ottoman.
Kehadiran Erdogan dalam pidato khusus yang dibuat dalam sembilan bahasa,
termasuk bahasa Armenia, untuk “memperingati” ke-99 tahun peristiwa tersebut menuai
kontroversi dan sekaligus decak kagum.
Meskipun
beberapa media internasional seperti Süddeutsche
Zeitung dan Le Parisien Daily
menilai langkah tersebut sebagai kejutan dan bencana politik, sikap gentlemen Erdogan patut diapresiasi
sebagai extraordinary step dan constructive path yang diniatkan untuk mencari
titik kesepahaman dan rekonsiliasi antara Turki dan Armenia ke depan.