Kisah kali ini khusus buat seorang teman yang tiba-tiba menawarkan sebuah tiket pesawat ke Jakarta. Katanya, sebagai dukungan kepada saya agar mengambil beasiswa master di Turkey yang saya dapatkan tahun 2013 ini. Terima kasih kawan....
Dalam minggu ini saya sedang ada keperluan mengurus visa untuk study lanjutan di Turkey. Saya sejujurnya tidak ada persiapkan banyak uang untuk keperluan keberangkatan ke Turkey. Di samping kesibukan saya sebulan sebelum Ramadhan: menjadi project leader untuk sebuah kompetisi internasional untuk para alumni Amerika (saya ketepatan menjadi alumni IELSP) bernama PlayPlus--yang nyaris menjadi seorang diri berjuang untuk membuktikan bahwa project itu bisa menang dan terpilih di depan meja panel di Washington sana--ternyata lupa bahwa saya juga harus bekerja make money untuk pulang kampung (mudik) dan persiapan mengurus visa, akhirnya betul-betul terjadi dan menimpa saya minggu ini. I have no enough money for visa. I give some of much to my mom for their daily needs in kampung halaman. Dan ketika saya harus mengurus visa, uang saya menipis dan bahkan bisa dibilang habis. Ini jelas konyol. Sebuah perhitungan yang binasa! Saat begitu, saya bingung, pastinya. Tapi saya bukan tipe penyerah kepada keadaan.
Namun, begitulah hidup. Keyakinan saya berkarya setulusnya untuk PlayPlus, yang sekarang sudah menang bersama sekitar 50 proposal dan menyingkirkan lebih dari 800 proposal dari banyak negara di dunia, benar-benar dilihat Tuhan. Ada seorang kawan yang secara langsung meminjamkan duit dan membelikan tiket pesawat saya ke Jakarta. Saya sempat terdiam merenungi semua ini. Dan, saya sangat bersyukur kepada beberapa teman yang telah membantu saya.
Pasti, jika saya jadi berangkat study ke Turkey, grant sekitar $23.000 itu akan saya limpahkan kepada alumni yang menjadi team member saya. Meski sudah benar-benar menjadi pemilik hak project itu, dan tentu dengan grant yang didapatkan, saya tidak pernah kepikiran buat apa uang sebesar lebih dari Rp 200 juta itu. Karena sudah menjadi project leader, saya berkomitmen untuk menyelesaikan semua persiapan di awal biar selanjutnya teman-teman saya bisa lebih mudah dan akan saya habiskan tenaga di awal untuk membantu project ini. Dan terpaksa, pekerjaan saya yang lain pun terkatung. Begitulah indah-pahitnya sebuah pilihan!
Selanjutnya saya percaya, bahwa ketulusan bekerja untuk orang lain akan selalu mendapatkan hikmahnya yang manis, dari Tuhan, alam semesta, dan juga manusia. Terima kasih kawan....
Dirgahayu Indonesiaku yang ke-68!