Ibu, setiap waktu aku selalu ingin menyapamu, mendengarkan suaramu dan doa-doa yang menguatkan. Doa Ibu telah menciptakan ruas-ruas pengalaman yang kuajalani bersama hari-hari. Apa yang kuhadapi hari ini adalah doa-doa ibu yang tak pernah padam. Ibu adalah harta satu-satunya yang tersisa untukku.
Ibu, malam ini seperti hari-hari lalu aku selalu merinduimu lebih dari segala sesuatu. Semoga Ibu sehat selalu, seperti keyakinanku kepada doa-doa Ibu, tanpa batas ruang dan waktu, mengalir dalam deras daraku. Setiap saat, aku ingin memelukmu dan meyakinkan bahwa anakmu ini sehat-sehat selalu di sini, di kota tua bekas kerajaan Bani Seljuk yang mulai dikunjungi musim dingin, musim yang aneh yang selalu Ibu khawatirkan. Ibu, anakmu sudah belajar untuk bertahan dalam kondisi apapun sejak awal kali Ibu melepasku belajar dan berpetualang di Yogyakarta. Di sini pun sama, anakmu telah memerangi dingin dalam temperatur 2-10 C setiap hari. Dan aku tidak tahu, sebentar lagi musim dingin akan seperti
Aku yakin Ibu pasti merasakan tubuh anakmu yang tergigil dingin, seperti selalu Ibu ceritakan tentang sakit yang mendera anak-anakmu hanya dengan menandai rasa nyeri di payudara kirimu, tempat aku dan anak-anakmu yang lain mengisap darahmu: ASI.
Ibu, terima kasih atas doa yang selalu menguatkan. Semua baik-baik di sini, anakmu hanya belum akrab dengan dingin yang aneh ini.