Friday, September 19, 2014

Tungku Ibu

Ibu, 
suatu waktu
kita merayakan sebuah pagi
obrolan di tengah gemeretak
kayu-kayu sebelum menjadi api
Ada aroma yang aneh, seperti
tiba-tiba meretas aorta darahku
kayu-kayu itu nyalang terbakar
"Aroma apa, Ibu?"
Ibu hanya tersenyum
lalu bergegas menyiapkan sarapan
Aku terus menatap kayu-kayu
berkeringat
seperti sore kemarin
saat ibu memanggulnya dari tepi sungai


0 comments: