Sejak
jet tempur Rusia ditembak jatuh oleh Turki pada hari Selasa pagi, 24
November 2015, banyak teman tanya dan sekaligus mencemaskan
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Pesawat Su-24 milik AU Rusia yang
ditembak oleh 2 pesawat F-16 milik Angkatan Udara Turki di daerah perbatasan
Suriah-Turki, tepatnya di Yayladagi, Hatay itu memang bikin ramai di antara
rakyat Turki sendiri. Daripada mengikuti perdebatan antara kedua kubu
(Turki/NATO dan Rusia), saya justru lebih mencermati ekspresi dan respon
teman-teman di Turki sendiri. Karena dengan begitu saya dapat mempelajari
bagaimana mereka memaknai nasionalisme, melihat kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi dan kekhawatiran-kekhawatiran apa selanjutnya.
Namun
begitu, banyak sekali kabar dan berita yang saling menghantam, tentu dengan
perangkat kepentingan masing-masing. Ada kelompok yang bermanuver untuk
mengambil simpati dan keuntungan, ada yang menyerang, ada pula yang
mereproduksi video lama yang tidak ada sangkut pautnya dengan membuat caption baru untuk kepentingan
masing-masing.
Saya
yang sedang studi di Turki mengamati kondisi begini sungguh miris, dan ternyata
cara-cara begitu sudah biasa dilakukan oleh sebagian masyarakat kita: bermain
dengan hoax. Entah kenapa mereka bisa setega itu
membuat berita-berita bohong—saya sungguh jadi bodoh menghadapi orang-orang "penyembah hoax" begini.
Ada
dua poin penting yang ingin saya sampaikan dalam catatan ini. Pertama soal video. Saya kok tidak dengar kalau video
yang saya dalam gambar ini terjadi baru-baru ini di/tentang Turki. Kalau itu benar-benar terjadi
akhir-akhir ini selama saya di Turki, inşallah saya tahu. Video ini
dipasang caption macam-macam oleh orang-kita untuk mencari
simpati bagi negara Turki. Padahal
negara besar seperti Turki ini (tidak besar sih, lebih besar Indonesia) tidak pernah secara spesifik menyebut penting
Indonesia, lho. Saya tidak ingin memprovokasi siapapun di
sini, tapi sejujurnya nama Indonesia di sini redup tinimbang nama Malaysia. Indonesia
hanya dikenal oleh mereka yang pernah naik haji dan bertemu kebaikan orang-orang Indonesia. Atau karena tragedi Tsunami di Aceh. Selebihnya, rasa persaudaraan sesama Muslim. Sementara secara relasi kedua negara—dalam artian kerjasama yang
kuat dan simbiosis mutualistik meski sama-sama bercokol di G-20—harus diakui kita masih belum akrab. Mungkin
Indonesia belum menganggap Turki penting atau sebaliknya. Tapi jangan salah, serial Turki sudah memukul kita
bertalu-talu, tuh! Entah harus bangga atau sedih. Tapi daripada dipilin budaya Korea aku sih pilih dibuai hurem-hurem dari Turki. Sumplek cantik!
Kembali
ke video, saya coba menelusuri kira-kira ini kejadian dimana dan kapan. Karena
sekali lagi, kalau itu terjadi di Prancis (seperti banyak di-share ikhwan-akhwat Indonesia
di Facebook dengan caption “upaya pembunuhan Menlu Turki di Paris.. Subhanallah...”) akhir-akhir ini khususnya setalah ledakan
di sana, tentu orang Turki meradang, dong. Tapi kok diam? Saya curiga ini kerja
tangan tak bertanggung jawab! Coba lihat dalam spanduk di video itu tertulis 19
(bulannya tidak kebaca) 2013. Setelah saya telusuri ternyata itu terjadi di
Bulgaria, sebuah percobaan pembunuhan kepada ketua partai Movement for Rights
and Freedoms bernama Ahmed Doğan (keturunan Turki tapi penduduk
Bulgaria).
Kedua soal kasus penembakan jet tempur Rusia dan
memanasnya hubungan Turki-Rusia. Sejujurnya, saya sulit menempatkan diri dalam
kasus ini. Ini jelas butuh pengetahuan politik regional dan tetek bengek relasi hubungan
internasional. Kedua kubu punya klaim masing-masing. Versi Turki dan NATO jelas
dengan bukti rekaman peringatan 10 kali bahwa pesawat Rusia masuk ke airspace Turki.
Versi Rusia itu tidak begitu. Rusia bersikukuh jetnya melintasi ruang udara
Suriah. Kita bisa lihat sendiri betapa angkuhnya Putin dan tempramennya dia
untuk menjaga harga dirinya sebagai negara blok Timur yang harus dihormati. Itu
satu kasus.
Selanjutnya,
dari kasus itu berkembang beberapa tuduhan-tuduhan: Turki membeli minyak dari
ISIS dengan harga murah (yang kemudian diklaim bahwa Turki ikut mendudukung
dana ISIS). Lalu, Rusia minta Turki untuk transparan membuka jaringan pembelian
minyak ke publik (wartawan). Beberapa kali truk bantuan (versi media Turki)
dari Turki dibom dari udara oleh Rusia sebagai rentetan “balas dendam.”
Sementara
itu, pihak Turki sendiri meliris data (dengan bantuan intelejen US) bahwa
minyak ISIS juga dibeli Suriah dan dibisniskan ke Rusia. Ada orang bernama
George Hashravi, pengusaha minyak kelas kakap berpasport Suriah dan Rusia. Dia
yang bermain minyak untuk kedua negara. Sementara Erdogan sendiri memang pernah
berkoar-koar baik di Turki sendiri ataupun di luar negeri bahwa Turki tidak
membeli minyak dari ISIS.
Kasus
ini, bagi saya, adalah soal gengsi kedua blok: NATO diwakili Turki dan Rusia. Yang
main di sini banyak kepentingan. Tentu Amerika dan negara-negara Eropa yang
sejatinya tidak suka sama Turki. Kalau tidak hati-hati, Turki akan menjadi moncong
senapan yang pelatuknya dipegang oleh mereka-mereka itu. Ini proxy war yang efektif dipakai oleh Amerika dan negara-negara Eropa sendiri. Tujuannya jelas: negara yang berpenduduk Islam tidak boleh menjadi kuat, meski mereka sangat-sangat kaya dengan minyak! Ingat, Rusia dan
negara-negara Eropa/Amerika tidak suka dengan Turki. Itu pasti dan sudah
dicatat dalam sejarah mereka! Dan, hanya tinggal Turki yang bisa dibilang berdiri sendiri dengan filosofi mereka.
Yang lain adalah keledai-keledai yang ditumpangi oleh hantu-hantu yang mengasuh dan membesarkan kesombongan demi kesombongan hafsu hewani mereka! Iya, mereka adalah keledai. Ya, mereka adalah saudara seiman saya: umat Islam!
Dalam
situasi operasi intelejen seperti ini, saya tidak tahu dan lebih memilih diam.
Karena kubu NATO dan Rusia bagi saya sama-sama setan yang memakai orang-orang
kita (warga Muslim) jadi keledai. Itu saja. Tapi karena di Turki banyak keledai (misalnya Anda yang sempat baca cerita-cerita sufi Nasruddin Hoja) dan warga di sini sudah paham filosofinya sejak ribuan tahun silam, mereka dan pemerintah Turki akan hati-hati biar tidak menjadi keledai dengan penumpang gelap para cecunguk NATO atau negara-negara lain yang secara historis ataupun ideologis benci kepada Turki (dan Islam sekaligus).
Menurutku, bagi kita yang ingin mendukung dan membantu Turki, cara terbaik adalah dengan mendukung ekonomi Turki. Di Indonesia silahkan kita konsumsi bahan-bahan impor dari Turki misalnya. Karena saat ini Turki menghadapi tekanan serius dari Rusia berupa embargo ekonomi dengan tidak membeli lagi produk-produk Turki. Atau bagi yang kaya, silahkan datang ke Turki jadi turis (tapi jangan berniat pergi ikut ISIS) dan belanjakan semua duit kalian di sini. Kalau tidak bisa, sebaiknya kita berdoa saja semoga negara Muslim satu-satunya yang kuat ini dan berani melawan arus Barat tetap dimudahkan jalan oleh Allah. Tidak perlu mencari simpati dan manuver tanpa etika kebajikan.
Nah,
bagaimana tentang ekspresi orang Turki yang saya singgung di awal? Saya punya proyek
kecil tentang “imajinasi musuh” bagi orang-orang Turki. Saya sudah menemukan kata
kunci dan topik ini. Insya Allah saya sambung dalam catatan selanjutnya ihwal topik
partikular yang satu ini.