Tulisan review buku Koruptorrajim (Kumpulan Esai). Digunting dari Koran Jakarta
Selama ini, hanya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menjadi tulang punggung penebar asa bahwa korupsi bisa dilawan. Negeri ini masih dapat diselamatkan. Semua uang negara harus digunakan dengan tepat untuk pembangunan. Kendati banyak pihak dengan senjata hukum, politik, hingga kriminalisasi, ingin “mengebiri” keperkasaan lembaga super body tersebut, KPK tidak sendirian.
Mereka mewakili kehendak besar rakyat akan peran KPK mengganyang para koruptor, tanpa takut dan pandang bulu. Kata-kata kasar berupa sumpah serapah, laknat, dan kutukan kepada koruptor dalam buku memperlihatkan rakyat sudah lelah dengan ulah koruptor. Para penulis seolah tidak bisa menemukan kata-kata halus untuk membongkar hati yang mati, kebutaan dan ketulian koruptorrajim (koruptor yang terkutuk).
Seorang peneliti, Bernando J Sujibto, misalnya, mengutuk para koruptor sebagai segolongan bangsa iblis yang menimbun harta sebanyak- banyaknya (hal 38). Sementara Winarni Ahmad, seorang guru dari Banyuwangi, menistakan para koruptor sebagai manusia-manusia lebih rakus dari monyet. Menurutnya, amat layak disiapkan 1.000 peti mati bagi mereka (hal 24-25). Surat-surat kutukan yang dilontarkan @edi_akhilles dkk. dalam buku ini bukan tanpa alasan karena korupsi merupakan kejahatan luar biasa yang harus diatasi dengan penanganan luar biasa pula. Para pelakunya pun tidak cukup sekadar dikutuk.
Mereka sangat layak dimusnahkan. Jika mau becermin ke China, tidak ada hukuman yang lebih efektif bagi para pencoleng uang negara, kecuali hukuman mati. Begitulah, kutukan beberapa kawan yang mewakili kegeraman rakyat Indonesia. Kutukan demi kutukan yang terangkum dalam Surat-Surat Cinta untuk KPK ini merupakan ungkapan keputusasaan. Sungguh ironis, Indonesia yang dianggap sebagai bangsa religius rupanya belum mampu mengatasi kejahatan korupsi.
Setiap jengkal tanahnya seakan telah dikuasai para koruptor yang terus-menerus menjarah uang rakyat. Tragisnya lagi, aneka bentuk perilaku koruptif justru dicontohkan para pemimpin dan pejabat. Lebih mengerikan lagi, di dunia pendidikan dan lembaga agama pun ditemukan banyak pelaku koruptif. Hampir tidak ada lini kehidupan di negeri ini yang tidak dirasuki koruptor. Sebaliknya, orang jujur dan bersih makin langka.
Kutukan buku ini menggambarkan kemuakan rakyat terhadap koruptor yang sering berbicara atas nama kepentingan rakyat, tapi nyatanya bikin melarat masyarakat. Jangan berteman dengan mereka.
Diresensi Ahmad Fatoni, lulusan Universitas Muhammadiyah Malang
"Koruptor itu maling terburuk yang paling
layak dijungkalkan ke kerak neraka jahanam. Mereka menjadikan hukum sebagai
perisai untuk melindungi diri, bahkan senjata untuk membacok badan hukum yang
ingin menangkapnya." Itulah salah satu penggalan surat yang dikemuakan
seorang warga negeri ini kepada para koruptor.
Di belakang KPK berbaris jutaan orang-orang berakal sehat mendukung sepenuh
hati. Memang, sementara, hanya KPK yang menjadi tumpuan masa depan rakyat untuk
membasmi korupsi. Buku ini memuat 18 surat yang ditulis beragam latar belakang
rakyat, dari mahasiswa, praktisi, pengajar, pekerja swasta, ibu rumah tangga,
sastrawan, dan sebagainya. Isinya curhat dan harapan kepada KPK.
0 comments:
Post a Comment