Saturday, April 09, 2016

Tujuh Cerita di Taman Tulip

Pesona Tulip di Alladdin Tepesi, Konya
/1/
Kita tengah memburu aroma keindahan, handai
taman bunga yang tumbuh di tanah redam badai
kenangan lusuh dan kecemasan yang mengintai 
di pundak kita merayap, menyusun sunyi sendiri
tapi lupa aku bagaimana cara tersenyum, handai
di tengah pesona yang kau bawa dari seberang
di tengah aroma yang dipanjat dari tebing Toros
di tengah gelak tawa yang dititipkan di saku celana
para pengungsi
di tengah taman tulip...

/2/
Ke tengah-tengah taman kita datang dengan segala warna
masing-masing, dari lorong rahasia bernama masa lalu
ia yang disembunyikan selalu bercerita lebih jujur, bukan?
pengap sengketa dan kehendak-kehendak yang runtuh
menikmati buah takdir pada setiap ruas warna
hitam legam atau putih bercahaya, kuning atau merah
tetapi di langit, kenapa warna tak pernah berubah? 
Bisik seseorang yang sekali-kali menatap langit

/3/
Di mata seorang pemuda perang terus berkobar
kuncup tulip adalah selongsong peluru yang menembus
dada sanak saudaranya. Ia merapal doa dan sungging naas
pada wajahnya yang menatap tanah kelahiran di selatan
suriah, nama kenangan keindahan yang teramat getas
jadi taman air mata dan darah. Ia tidak pernah lupa
lambaian ayahnya mengiringi mereka pergi mengungsi

/4/
Di mata seorang kakek warna-warni tulip adalah sekantong doa
tersimpan di sudut jiwanya. Dia mamanjatkannya untuk langit
siapa tahu langit menampung warna pelangi dari lapisan tulip
anak-cucunya terbang menjadi bidadari dan tak pernah mendengar
cerita-cerita maha luka dan pekik tangis kepala dihantam timah
di langit tumbuh tulip yang akarnya dibasuh hujan pagi hari

/5/
Di mata seorang gadis aroma tulip adalah sisa kecupan pacarnya
parfum pada kerah bajunya selalu ia ingat sebagai riwayat terakhir
untuk sebuah pengkhianatan, sebelum ia diperkosa demi bukti cinta
demi lelaki bertubuh singa sebelum ia pergi menyisakan gempita
di celah celana dalamnya

/6/
Di mata lelaki tambun tulip adalah luka
setumpuk puja-puji demi menjaga kemegahan
di atas jerit tangis. “Jangan pernah tersenyum
di balik kecantikan bunga ini. Di tanah Anatolia
aku melihat ribuan rakyat kelaparan saat tulip
tumbuh dan ditanam di tubuh kami. Ini kebesaran
bagi orang-orang tuli dan buta!” Ia lalu menjauh
meninggalkanku

/7/
Di mataku, mata yang kupinjam dari keramaian,
tulip adalah maha pesona, privilege tanpa batas
menghimpitku dalam aroma nyeri yang tragis!


Turki, 2014-2015

Catatan:
The Tulip Period (Tulip Era) atau: Lâle Devri (July 1718-September 1730) adalah periode penting dalam sejarah Ottoman, di mana tulip menjadi simbol bagi kepongahan para pembesar Ottoman!


0 comments: