Satu
![]() |
doc Pisgen |
Topik paling biasa di antara kami adalah obrolan tentang isu-isu pemuda dan perdamaian secara umum, bisa sekedar curhat, curcol, ataupun sampai kepada diskusi serius di tempat yang tidak serius semacam ruas warung kopi. Kalau tidak salah di Warung Mbak Sasha kami menonton video-video tentang bullying di Amerika ataupun dari negara lain. Beberapa bulan sebelumnya saya sudah pernah nonton video-video tadi karena rekomendasi dari Ms Ana (thank you Ms). Dan sampailah pada sebuah video dan foto-foto bernama Pink Dot, sebuah gerakan komunitas LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transeksual) yang pertama kali digagas di Singapore.
Ide-ide segar ini terus kami tetap komunikasikan dengan teman-teman komunitas. Konsepnya diasah dan dipertajam dengan ditambal di sana-sini. Akhirnya terbayanglah sebuah acara yang tidak segan-segan kami menyebutnya gerakan perdana di Indonesia, yaitu Lingkaran Pelangi Manusia dengan tagline "Rainbow for Peace - the rainbow is you" yang diprakarsai sendiri oleh komunitas Peace Generation dengan mengajak teman-teman komunitas lain di Jogja.
Dua
Benar bahwa yang saya sukai dari kegiatan-kegiatan Pisgen adalah pembelajaran proses yang terjadi di dalamnya. Bukan hasil yang saya pikirkan tapi keyakinan bahwa proses yang matang dan well-prepared akan melahirkan hasil yang matang pula. Atas dasar itu, gerakan Rainbow for Peace mulai kami siapkan, sekitar 2 bulan tapi terpotong sama liburan lebaran. Jadi efektif kerja sekitar 1,5 bulan.
Saya secara pribadi hanya menjadi tim hore saja, meskipun memang sangat sulit karena kekurangan jumlah panitia yang terlibat di dalamnya. Fortunately, kegiatan ini biar banyak dihandle oleh teman-teman Cucu Buaya. Dan luar biasa semangat teman-teman Cubuy berkobar dan menggarap acara ini secara spektakuler. Saya berpikir bahwa setelah acara ini suksesi PIC bisa dilakukan dengan segera.
Tiga
![]() |
Empat
Jreng..... TM Rainbow for Peace pun dimulai, bertempat di GPS UGM. Teman-teman peserta yang datang hampir 70 persen. Wow, luar biasa! Ini passion yang harus tetap dijaga bagi semua pemuda di Indonesia. Saya yang menyaksikan sendiri mereka berlatih sangat terharu dan yakin bahwa acara ini telah menghidupkan semangat dan sekaligus memberikan mereka ruang untuk mengekspresikan kebhinnekaan. Tinggal 2 hari lagi menuju puncak, 21 September!
Lima
![]() |
Foto: Alam Surya Anggara |
![]() |
Foto: Junaedi Ghazali |
Kami bertiga, sekitar pukul 14.30 di kantor Pak Polisi bersepakat bahwa pukul 14. 00 teman-teman peserta sudah masuk dalam lingkaran, dan 30 menit kemudian jalan raya Nol Km sudah bersih dari lingkaran pelangi. Wuihh... Pak Polisi emang selalu tegas. Thanks Pak sudah mendukung.
Dan betul, 5 menit sebelum pukul 16.00, Zita sebagai Sei Acara sudah mengomando peserta masuk ke dalam lingkaran. Dan di situlah proses pembuatan pelangi itu. Tapi sayang sekali sodara-sodara saya tidak bisa menontonya langsung karena saya harus menjaga tas titipan peserta yang menumpuk di belakang panggung. Anak-anak Cubuy yang sebelumnya bertugas jaga tas pada berangsek ke dekat titik dimana proses pembuatan lingkaran pelangi mulai dibentuk. Okay saya mengalah dan menjaga tas. Saya bisanya cuma ngeliat dari atas panggung, lumayan jauh dan tidak jelas tapi sangat puas karena acara ini berjalan dengan semarak berat, dan semua orang happy!
Terima kasih teman panitia, volunteer, dan semua personal ataupun instansi yang sudah mendukung. You're the rainbow! See you next year, dear peacemakers!
Link acara Rainbow for Peace: Radar Jogja, Dikpora, dan ini!
0 comments:
Post a Comment